Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Biografi Singkat Sri Utami yang Menginspirasi

Selasa, 24 Juni 20252komentar



Sri Utami adalah sosok perempuan inspiratif yang kisahnya merangkai perjuangan, ketekunan, dan dedikasi sosial yang luar biasa. Dilahirkan di Kediri, Jawa Timur, pada 13 Oktober 1948, Sri Utami membuktikan bahwa latar belakang dari keluarga orang berada bukanlah jaminan kemudahan, melainkan titik awal untuk mengukir jejak perjuangan yang menginspirasi. Alih-alih menikmati kemudahan finansial keluarganya, Sri Utami memilih jalur berliku yang penuh tantangan, dengan satu tujuan mulia:membantu sesama, khususnya masyarakat kurang mampu di Solo, Jawa Tengah.

Masa Kecil, Remaja, dan Perjuangan Awal
Sejak kecil, Sri Utami hidup di keluarga yang berkecukupan. Ia adalah putri dari seorang tokoh agama terkenal, Raden Muntoro. Masa kecilnya sangat tertawa dan bahagia ayahnya mendidik dengan welas asih dan mengajarkan bagaimana berbudi pekerti yang baik.
Meskipun terlahir dari keluarga yang mapan, Sri Utami tidak memilih jalan hidup yang mudah dan bergantung pada kekayaan orang tuanya. Sejak dini, ia telah menunjukkan kemandirian dan etos kerja yang kuat. Sebagai anak ke-13 dari 14 bersaudara, ia terbiasa untuk mandiri dan berjuang demi mendapatkan apa yang ia inginkan.

Sri Utami memiliki kecerdasan dan visi yang luar biasa dalam mengelola berbagai usaha dan akhirnya mendirikan fasilitas kesehatan.
Justru di usia dewasa muda, setelah menikah dengan Mudzakkir (yang saat itu masih seorang guru SD), Sri Utami menunjukkan kegigihan luar biasa. Ia rela melakukan berbagai pekerjaan serabutan demi menyekolahkan suaminya di fakultas kedokteran. Bayangkan, seorang perempuan yang lahir dari keluarga berada, memutuskan untuk menjadi buruh cuci, pedagang sayur keliling, tukang cat rumah, sopir angkot, bahkan pengamen, demi mewujudkan mimpi mulia sang suami menjadi dokter. 

Tekadnya yang kuat untuk menyekolahkan suami agar kelak bisa membantu orang-orang tak mampu, menjadi pendorong utama di balik setiap peluh dan kerja kerasnya. Ia bahkan pernah membantu menyusui anak orang lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Ini menunjukkan betapa besar pengorbanan dan visinya untuk masa depan yang lebih baik, tidak hanya untuk keluarganya tetapi juga untuk masyarakat.

Pada tahun 1972, setelah kelahiran anak pertamanya, Sri Utami sempat menjadi guru di SMA Cokroaminoto, Solo, sementara suaminya mengajar di SD. Keluarga kecil ini sempat berpindah ke Bandung, di mana Sri Utami menempati posisi manajer HRD di sebuah perusahaan makanan. Ia bahkan sempat mengajar senam, sebuah aktivitas yang ia gunakan sebagai platform untuk menyosialisasikan pentingnya hidup sehat, sebagai upaya pencegahan penyakit.

Kembali ke Solo, semangat wirausaha Sri Utami semakin berkembang. Ia mencoba berbagai usaha, mulai dari sepatu, perawatan badan (luluran), hingga permata. Dari keuntungan berbagai usahanya inilah, ia mulai menabung. Di tengah kesibukannya, ia juga rajin keluar masuk kelurahan untuk melihat statistik penduduk. Data ini menguatkan niatnya: masih banyak warga yang kurang mampu dan kesulitan mengakses layanan kesehatan yang layak. 

Tekadnya untuk menyekolahkan suami hingga menjadi dokter ahli, meskipun dengan segala keterbatasan finansial di awal pernikahan, berbuah manis. Ia bahkan menyebut bahwa ia melahirkan keempat anaknya tanpa pendampingan tenaga medis karena kondisi serba pas-pasan kala itu, hal yang semakin membulatkan tekadnya untuk mendirikan fasilitas kesehatan.

Kelahiran Klinik Mojosongo dan Dedikasi Sosial
Pada 1 April 2001, bersama sang suami, dr. Mudzakkir, Sri Utami mewujudkan impiannya dengan mendirikan Klinik Mojosongo. Tanggal ini dipilih sebagai kado ulang tahun bagi suaminya, sebuah hadiah yang tidak hanya bermakna personal tetapi juga sosial. Modal mereka saat itu hanyalah keyakinan dan niat tulus untuk membantu. Prinsip "murah, cepat, dan aman" menjadi landasan pelayanan di klinik-klinik yang ia dirikan.

Komitmen Sri Utami untuk kaum kurang mampu begitu kuat. Pasien seringkali datang tanpa membawa uang sepeser pun, namun tetap diterima, dirawat, bahkan dipulangkan dengan obat di tangan dan doa di dada. Ia sendiri terjun langsung dalam operasional klinik, mulai dari membantu memasak makanan pasien hingga menyapu lantai, memastikan setiap sudut klinik ramah dan nyaman bagi pasien.

Kiprahnya tak berhenti di satu klinik. Dalam waktu 20 tahun, dedikasi Sri Utami berhasil mengembangkan klinik pertamanya menjadi total lima fasilitas kesehatan di Mojosongo, Solo, dan sekitarnya. Kini ia memiliki dua klinik pratama, dua klinik utama, dan satu rumah sakit khusus bedah. Semua fasilitas ini didirikan dengan satu tujuan utama: menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas dengan biaya terjangkau, bahkan gratis bagi mereka yang benar-benar tidak mampu.

Tupperware She Can! Award dan Pengakuan Lainnya
Atas kontribusinya yang tak ternilai bagi masyarakat, Sri Utami telah menerima berbagai penghargaan. Salah satu yang paling dikenal adalah Anugerah Pelopor Penggerak Pembangunan Kartini Award 2013 pada April 2013. Tak lama setelahnya, pada Desember 2013, ia juga menjadi salah satu dari 89 perempuan inspiratif yang menerima Tupperware She Can! Award.

Tupperware She Can! Award merupakan ajang penghargaan dua tahunan yang diselenggarakan oleh Tupperware Indonesia sejak tahun 2008.
Penghargaan ini diberikan kepada wanita-wanita Indonesia yang dinilai telah memberikan karya dan kontribusi positif bagi bangsa dan lingkungan mereka, menunjukkan kekuatan untuk berdaya bagi orang lain. Penerima award ini dipilih dari berbagai kalangan dan profesi, yang sama sekali bukan anggota sales force Tupperware Indonesia.

Penghargaan ini berupa apresiasi, pengakuan atas kegiatan sosial dan pemberdayaan yang dilakukan, serta donasi untuk melanjutkan kegiatan sosial mereka. Sri Utami, dengan kiprahnya yang tulus dan berdampak nyata, jelas menjadi salah satu sosok yang sangat layak menerima penghargaan tersebut.

Selain penghargaan di atas, Sri Utami juga menerima Penghargaan Arkatama dari PT Frisian Flag Indonesia (FFI) pada Agustus 2022. Semua penghargaan ini menjadi bukti nyata pengakuan atas jiwa sosial, ketekunan, dan dampak positif yang ia berikan kepada masyarakat.

Kedalaman Spiritual dan Kedermawanan Tanpa Henti
Di balik kegigihan dan kesuksesannya dalam membangun imperium kesehatan bagi kaum tak mampu, Sri Utami adalah pribadi yang sangat spiritual. Ia meyakini bahwa segala keberhasilan yang ia raih adalah berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Esa dan kekuatan doa. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat taat beribadah dan menjadikan ritual keagamaan sebagai pilar utama dalam hidupnya.

Salah satu praktik spiritual yang luar biasa dan konsisten dijalankan Sri Utami adalah puasa Daud. Ini bukan sekadar puasa sesekali, melainkan puasa Daud yang dilaksanakan tanpa jeda. Artinya, ia berpuasa selang-seling: sehari berpuasa, sehari tidak, dan begitu seterusnya, secara terus-menerus. Puasa Daud adalah bentuk ibadah yang sangat berat dan membutuhkan komitmen tinggi, dan menjalankannya secara berkelanjutan menunjukkan tingkat keimanan dan disiplin diri yang luar biasa dari Sri Utami. 

Praktik ini diyakini membawa berkah dan kekuatan spiritual, yang menjadi fondasi bagi energi tak terbatas dan kepeduliannya terhadap sesama.
Selain ibadah puasa, sedekah juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. Sri Utami percaya bahwa rezeki yang ia dapatkan harus dibagikan kembali kepada mereka yang membutuhkan. Ia tidak hanya menyediakan layanan kesehatan gratis, tetapi juga secara rutin memberikan bantuan lain kepada masyarakat kurang mampu.

Prinsip kedermawanan ini telah tertanam kuat dalam dirinya sejak ia berjuang di masa muda. Baginya, berbagi adalah cara untuk bersyukur dan memastikan "dapur" orang lain juga tetap "ngebul." 
Keikhlasan dalam bersedekah, dipadukan dengan ibadah yang khusyuk, menjadi sumber kekuatan batin yang memancarkan aura meneduhkan dari sosoknya.

Jaringan Persahabatan dan Komunitas yang Menguatkan

Sri Utami adalah pribadi yang luwes dan mudah bergaul, sehingga tak heran ia memiliki jaringan persahabatan yang luas di berbagai komunitas. Hubungan baik ini bukan sekadar untuk bersosialisasi, melainkan juga menjadi wadah untuk berbagi inspirasi, menjalin kolaborasi, dan memperluas dampak positifnya.

Ia aktif terlibat dalam berbagai komunitas, baik yang berlandaskan sosial, keagamaan, maupun pengembangan diri. Di komunitas-komunitas ini, Sri Utami tidak hanya menjadi anggota, tetapi seringkali menjadi figur sentral yang menginspirasi dan memberikan semangat. Sahabat-sahabatnya di berbagai komunitas seringkali menjadi saksi mata atas kegigihan, ketulusan, dan kepeduliannya.

Mereka mungkin saja adalah rekan-rekan dari komunitas pengajian, kelompok senam yang pernah ia ajar, atau bahkan sesama pegiat sosial yang memiliki visi serupa. Yang tak kalah penting, Sri Utami juga memainkan peran aktif di komunitas ibu-ibu Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sebagai istri seorang dokter yang juga pendiri klinik dan rumah sakit, ia secara alami terhubung dengan lingkungan ini. Di antara para istri dokter, Sri Utami menjadi contoh nyata bagaimana semangat sosial dapat diwujudkan secara konkret, bukan hanya melalui profesi medis suami, tetapi juga melalui inisiatif pribadi yang berdampak luas. Kehadirannya di komunitas ini kemungkinan besar menjadi sumber inspirasi bagi banyak istri dokter lain untuk turut berkontribusi di bidang sosial, melihat bagaimana ia berhasil memadukan peran keluarga dan pengabdian masyarakat.
 
Ia menjadi bukti bahwa di balik profesi mulia sang suami, ada peran besar seorang istri yang tak kalah penting dalam mendukung dan bahkan memimpin gerakan kemanusiaan.

Cara Meraih Rezeki, Berbagi, dan Budaya Open House
Filosofi hidup Sri Utami dalam meraih rezeki sangatlah unik dan mengakar pada keyakinan spiritualnya. Ia percaya bahwa rezeki itu dikejar dengan sedekah. Semakin banyak ia memberi, semakin banyak pula rezeki yang datang. Prinsip ini bukan hanya sekadar teori, melainkan praktik nyata yang ia terapkan dalam setiap langkahnya. Hasil dari jerih payahnya, baik dari usaha-usaha terdahulu maupun dari klinik-kliniknya, tidak hanya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau mengembangkan bisnis, melainkan juga secara signifikan dialokasikan untuk membantu sesama.

Bentuk berbagi Sri Utami sangat beragam dan spontan. Ia seringkali memberikan bantuan langsung kepada mereka yang membutuhkan, baik dalam bentuk finansial, kebutuhan pokok, atau layanan kesehatan gratis. Rumahnya juga kerap menjadi posko bantuan atau tempat singgah bagi pasien atau keluarga pasien yang kesulitan.

Ia juga membuka kelas senam gratis untuk kalangan menengah ke bawah.Tak heran bila istri tukang parkir, tukang becak, atau ibu-ibu rumah tangga yang tak berpenghasilan bisa bergabung di kelas senam yang diadakan. Keunikan dari kelas senam ini, sebelum senam peserta diminta berdoa begitu juga setelah senam peserta dipimpin berdoa untuk berterima kasih kepada Allah, mendoakan orang tua, suami dan keluarganya.

Sedang ajakanya untuk selalu semangat dan dekat kepada Allah dengan cara mengingat sahabat dan komunitas yang ada di grup untuk salat tahajud lebih awal dan khusyuk berdoa. Ia juga punya kebiasaan yang patut dicontoh. Setiap hari Kamis sore jelang malam Jumat, ia dengan beberapa personil komunitasnya ngaji Al-Quran 30 juz dengan cara dibagi perjuz atau per surah favorit yang harus dibaca. Ia tak pernah bosan untuk mengajak orang untuk berbuat baik dan menjadi hamba Allah yang mulia. 

Menginjak usianya yang sudah tidak muda lagi, ia masih sering membuat tulisan sederhana yang penuh pesan dan dibagikan di grup yang diikuti. Tak terasa ia telah berhasil membukukan tulisannya yang berserak menjadi dua buku dengan judul Embun Pagi Jilid 1 dan Embun Pagi Jilid 2. Isi bukunya memuat perenungan dengan pesan moral yang sangat memotivasi dan menginspirasi

Sri Utami juga disebut sebagai sosok yang dermawan. Salah satu wujud kedermawanan dan keramahan Sri Utami yang menonjol adalah kebiasaannya sering mengadakan open house untuk menerima tamu. Ini bukan hanya open house pada momen Lebaran atau acara khusus, tetapi suasana rumahnya yang selalu terbuka bagi siapa saja yang datang. Tamu-tamu ini bisa dari berbagai kalangan: kolega, pasien dan keluarganya, sahabat-sahabat dari komunitas, bahkan orang-orang yang baru ia kenal namun membutuhkan uluran tangan. Di rumahnya, mereka tidak hanya disambut dengan hangat, tetapi juga disuguhkan makanan dan minuman, serta mendapatkan perhatian dan nasihat yang meneduhkan. 

Praktik open house ini mencerminkan jiwa sosialnya yang mendalam dan keinginannya untuk selalu terhubung dengan masyarakat, membuka pintu rezeki dan kebaikan untuk semua. Hal ini juga menjadi cara efektif baginya untuk mendengarkan langsung keluh kesah masyarakat, yang kemudian bisa menjadi dasar bagi program-program sosialnya.

Kehidupan Sri Utami di Usia Lanjut: Enerjik, Baik Hati, dan Meneduhkan
Di usianya yang sudah memasuki lansia (lahir tahun 1948, berarti saat ini jelang 80 tahun), Sri Utami tetap menunjukkan semangat yang luar biasa.ia dengan lincah masih mengemudikan mobil Alpardnya ke luar kota, berengang secara rutin usai salat subuh, dan tentu saja mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Dari tulisan-tulisan yang dimuat di bukunya  Embun Pagi, ia adalah seorang penyayang binatang ada beberapa ekor kucing yang diperlakukan sangat istimewa juga ikan di kolam yang dipelihara dengan baik. Belum lagi kebersamaannya dengan staf dari mulai tukang sapu sampai dokter- dokter yang bekerja di kliniknya semua mendapat perlakuan istimewa dengan caranya.

Ia memang sosok yang enerjik, baik hati, dan kehadirannya selalu meneduhkan. Meskipun kini ia telah memiliki beberapa fasilitas kesehatan yang besar dan dikelola dengan baik, Sri Utami tidak lantas bersantai. Kegiatan sehari-harinya masih dipenuhi dengan dedikasi. Ia dikenal sebagai pribadi yang tak pernah berhenti bergerak dan berpikir untuk kemajuan. Ia aktif memantau kebutuhan masyarakat, seperti terlihat dari kebiasaannya keluar masuk kelurahan untuk mengumpulkan data statistik penduduk kurang mampu. Ia juga terus mendorong para karyawan kliniknya untuk berwiraswasta dan mendirikan koperasi dengan pinjaman tanpa bunga kepada pengusaha kecil dan pedagang kaki lima, menunjukkan kepeduliannya pada pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Di balik kesibukan mengelola klinik dan rumah sakit, ia juga tetap mengedepankan peran keluarga. Ia kerap mendampingi suaminya, dr. Mudzakkir, dalam pengobatan massal dari desa ke desa. Dalam kegiatan ini, Sri Utami menjadi "seksi sibuk," membantu menyiapkan obat-obatan dan melakukan apa saja yang diperlukan. Karena kebiasaan mereka membunyikan kaleng atau "umplung" untuk memanggil warga desa, suaminya bahkan mendapat julukan "dokter umplungan."

Sri Utami sangat menekankan pentingnya dukungan keluarga. Baginya, restu suami adalah "modal yang paling mahal," tanpa itu, ia tidak akan bisa bekerja dan bergerak mendirikan rumah sakit. Ini menunjukkan bahwa di balik kegigihannya, ia adalah sosok yang menghargai harmoni dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Ia berhasil mengantarkan keempat anaknya menjadi sarjana, sebuah pencapaian yang patut dibanggakan mengingat kerasnya perjuangan hidupnya di awal.

Ia adalah contoh nyata bahwa usia bukanlah halangan untuk terus berkarya dan berbakti. Semangatnya yang tak pernah padam, kepeduliannya terhadap sesama, dan keramahannya menjadikan Sri Utami bukan hanya seorang pengusaha sukses, tetapi juga seorang ibu, istri, dan warga negara yang patut diteladani.

Kehadirannya selalu membawa ketenangan dan harapan, mencerminkan kebijaksanaan dari pengalaman hidup yang panjang dan penuh makna, yang diperkaya oleh fondasi spiritual yang kokoh, keikhlasan dalam berbagi, serta dukungan dari jaringan persahabatan yang solid.

Penulis mengenal Sri Utami sejak 2018 saat berkolaborasi mengadakan Diklat Nasional PGRI di SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta September 2018.


Share this article :

+ komentar + 2 komentar

24 Juni 2025 pukul 02.53

Masya Allah, sosok inspiratif. Pernah bertemu langsung dan merasakan vibes positif beliau ✨

24 Juni 2025 pukul 19.13

Alhamdulilah luar biasa mjd contoh dan teladan

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger