Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Refleksi Diri dalam Samudra Dzikir dan Istighfar

Senin, 21 Juli 20250 komentar

Refleksi Diri dalam Samudra Dzikir dan Istighfar
Sumber pngtree

Setiap dari kita pasti pernah merasakan beratnya beban di hati, seolah ada karat yang menempel, membuatnya terasa keruh dan jauh dari ketenangan. Dalam hiruk pikuk kehidupan, terkadang kita lupa bahwa hati ini, layaknya cermin, membutuhkan pembersihan berkala agar dapat memancarkan cahaya kebaikan dan kedamaian.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta'ala dengan indahnya mengingatkan kita bahwa hati bisa berkarat layaknya tembaga atau perak. Namun, kabar baiknya, karat itu bisa dibersihkan. Kuncinya? Dzikir. Dzikir bagaikan pemoles yang mengembalikan kilau hati, menjadikannya bening seperti kaca. Sebaliknya, jika kita mengabaikannya, hati akan kembali diselimuti karat.

Penyebab karat di hati sejatinya tidaklah misterius. Ada dua faktor utama yang kerap menjadi biang keladinya: kelalaian dari mengingat Allah dan dosa serta maksiat. Ketika kita terlalu asyik dengan dunia, hingga melupakan sang Pencipta, hati akan perlahan mengeras dan menjauh dari fitrahnya yang suci. Dosa-dosa yang terus menumpuk, baik yang disadari maupun tidak, juga turut andil dalam menodai kebeningan hati. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Mutaffifin ayat 14. "(Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka)". Ayat ini secara gamblang menunjukkan bagaimana perbuatan buruk dan dosa dapat menjadi tabir yang menghalangi hati dari kebenaran.

Lantas, bagaimana cara membersihkan hati yang berkarat ini? Ibnul Qayyim memberikan dua resep mujarab: memperbanyak istighfar dan memperbanyak dzikir. Istighfar adalah pengakuan tulus atas kesalahan dan permohonan ampun kepada Allah. Ini adalah langkah awal untuk membersihkan noda-noda dosa yang melekat. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah teladan terbaik dalam beristighfar. Beliau bersabda, "Demi Allah, sungguh aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari). Jika Nabi yang mulia saja senantiasa beristighfar, apalagi kita yang tak luput dari khilaf dan dosa?

Setelah membersihkan dengan istighfar, dzikir menjadi nutrisi bagi hati. Dzikir adalah mengingat Allah dalam setiap denyut nadi kehidupan, baik dengan lisan, hati, maupun perbuatan. Ia adalah jembatan yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra'd ayat 28: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan hakiki hanya bisa ditemukan dalam dzikir. Semakin banyak kita lalai, semakin banyak pula karat yang menumpuk di hati. Sebaliknya, semakin banyak kita berdzikir, semakin bersih dan bercahaya hati kita.

Penting untuk diingat bahwa proses membersihkan hati ini adalah perjalanan seumur hidup. Ia membutuhkan kesadaran, niat tulus, dan konsistensi. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk memoles hati kita. Mulailah dengan istighfar di pagi hari, lanjutkan dengan dzikir sepanjang aktivitas, dan tutup hari dengan muhasabah diri. Jadikan dzikir dan istighfar sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian, bukan sekadar pelengkap atau pengisi waktu luang. Ketika kita secara sadar melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupan, hati akan menemukan kedamaian yang sejati.

Mari kita jadikan pengingat diri ini sebagai lentera yang menerangi jalan. Hiasi hari ini dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat adalah bentuk cinta kita kepada beliau dan juga merupakan dzikir yang agung.  Semoga shalawat ini menjadi pengingat untuk senantiasa berdzikir dan menumbuhkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Semangat tholabul ilmi (menuntut ilmu) dan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) adalah dua pilar penting dalam menjaga kebersihan hati. Ilmu membukakan cakrawala pemahaman, sementara kebaikan membersihkan noda-noda yang mungkin masih menempel.

 Akhirnya, marilah kita senantiasa memanjatkan doa, "Ya Allah, berikanlah kesehatan kepada kami semua agar kami bisa beribadah kepada Engkau dengan lebih baik. Aamiin." Doa ini adalah wujud kerendahan hati kita, mengakui bahwa tanpa pertolongan-Nya, kita tak akan mampu melakukan apa-apa. Semoga hati kita senantiasa bersih, bercahaya, dan selalu terhubung dengan sumber segala ketenangan

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger