Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Cermin Diri di Hari Kemudian.

Selasa, 22 Juli 20250 komentar


Cermin Diri di Hari Kemudian.
Sumber gambar LovePik

Di antara hamparan waktu yang terus bergulir, ada satu titik akhir yang tak terhindarkan bagi setiap jiwa yaitu hari Kiamat. Sebuah hari di mana segala rahasia akan tersingkap, dan setiap amal perbuatan akan diperhitungkan. Gambaran yang disajikan dalam Surah Ali 'Imran ayat 106-107 begitu gamblang, melukiskan dua kelompok manusia dengan kondisi wajah yang kontras: ada wajah-wajah yang berseri, memancarkan cahaya kebahagiaan, dan ada pula wajah-wajah yang muram, diselimuti kegelapan kesedihan. Ini bukan sekadar deskripsi visual, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang pilihan hidup yang kita ambil di dunia.

Kelompok pertama, mereka yang wajahnya putih berseri, adalah orang-orang yang beruntung. Mereka adalah jiwa-jiwa yang kokoh dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta senantiasa berusaha menunaikan perintah-perintah-Nya. Keimanan mereka bukan hanya sebatas lisan, melainkan terwujud dalam setiap tindakan, setiap ucapan, dan setiap detak jantung. Mereka hidup dalam ketaatan, menjauhi larangan, dan selalu mengharap ridha Ilahi. Ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis riwayat Muslim, "Sungguh, Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan tidak pula kepada harta benda kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian." Hati yang bersih dan amal yang saleh inilah yang kelak akan memancarkan cahaya di wajah mereka.

Sebaliknya, ada kelompok yang wajahnya hitam muram, yaitu orang-orang yang sengsara. Mereka adalah jiwa-jiwa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, serta berulang kali melanggar perintah-perintah-Nya. Penyesalan akan menyelimuti mereka, sebagaimana digambarkan dalam ayat tersebut, "Mengapa kamu kafir sesudah kamu beriman dan memilih kekafiran daripada keimanan?" Ini adalah pertanyaan yang menusuk, menegaskan bahwa mereka telah memiliki kesempatan untuk memilih jalan kebaikan, namun justru berpaling. Pilihan inilah yang membawa mereka pada azab yang pedih, cerminan dari konsekuensi pilihan yang mereka ambil di dunia.

Melihat dua gambaran yang begitu jelas ini, kita diajak untuk berkontemplasi: di kelompok manakah kita ingin berada? Hari Kiamat bukanlah sekadar mitos atau cerita fiktif, melainkan sebuah realitas yang pasti akan terjadi. Oleh karena itu, persiapan adalah kunci. Persiapan itu bukan hanya dengan menjalankan ibadah ritual semata, melainkan juga dengan membangun akhlak mulia, berinteraksi dengan sesama dalam kebaikan, dan senantiasa berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.
Allah SWT, dalam kemahatahuan-Nya, senantiasa memberikan petunjuk-petunjuk-Nya yang nyata melalui ayat-ayat Al-Qur'an. Ayat-ayat ini dibacakan dan diceritakan dengan benar, bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai pembuka mata hati agar manusia sadar dan kembali ke jalan yang lurus. Ia adalah peringatan dan bimbingan bagi mereka yang mau berpikir dan merenung.

Penting untuk diingat bahwa Allah tiada menganiaya hamba-Nya dan tidak mengurangi pahala amalan mereka. Ini adalah penekanan pada keadilan Ilahi yang sempurna. Setiap kebaikan akan dibalas setimpal, bahkan dilipatgandakan, dan setiap keburukan akan mendapatkan balasan sesuai dengan kadarnya. Tiada kezaliman sedikit pun dalam timbangan Allah. Kita tidak akan menanggung dosa orang lain, dan tidak ada amal baik yang akan hilang sia-sia.

Untuk memperkaya pemahaman kita tentang refleksi di Hari Kiamat, berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an lain yang sangat relevan dan saling melengkapi pesan dari Surah Ali 'Imran ayat 106-107. Ada Surah Al-Kahf Ayat 49: Catatan Amal yang Terbuka
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahf ayat 49:
 "Dan diletakkanlah Kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang ada di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celakanya kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan mencatat semuanya,' dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun." Ayat ini menegaskan bahwa setiap amal perbuatan, sekecil atau sebesar apa pun, akan tercatat dengan sempurna. Tidak ada yang luput dari catatan Allah. Ini menguatkan pesan dari Surah Ali 'Imran bahwa Allah Maha Adil dan tidak menzalimi hamba-Nya; segala balasan adalah konsekuensi dari apa yang telah diperbuat. Wajah yang berseri atau muram di hari itu adalah refleksi dari catatan amal yang telah kita torehkan selama hidup di dunia.

Surah Az-Zalzalah Ayat 7-8: Balasan Sekecil Apapun
Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zalzalah ayat 7-8: "Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
 Ayat ini sangat powerful dalam menekankan ketepatan dan keadilan mutlak Allah dalam membalas setiap perbuatan. Bahkan amal sekecil biji dzarrah (atom atau debu terkecil) pun akan diperhitungkan. Ini sejalan dengan konsep muka putih berseri bagi yang beriman dan beramal saleh, serta muka hitam muram bagi yang mendustakan dan melanggar perintah. Ayat ini adalah pengingat konstan bahwa setiap pilihan, setiap niat, dan setiap tindakan kita memiliki bobot di hadapan Allah.

Kemudian di dalam Surah Al-Insyiqaq Ayat 7-9: Kitab Amal di Tangan Kanan dan Kiri
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Insyiqaq ayat 7-9  "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah. Dan ia akan kembali kepada keluarganya (yang di surga) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka ia akan berteriak: 'Celakalah aku!'. Dan ia akan masuk ke api yang menyala-nyala (neraka)." Ayat ini memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai bagaimana catatan amal itu akan diterima. Menerima kitab dari tangan kanan adalah pertanda kebahagiaan dan kemudahan hisab, mencerminkan wajah yang putih berseri. Sementara menerima dari belakang punggung adalah isyarat kesengsaraan dan azab, yang serupa dengan wajah yang hitam muram. Ini adalah visualisasi konkret dari konsep keberuntungan dan kesengsaraan yang dijelaskan dalam Surah Ali 'Imran.

Sedangkan di dalam Surah Yunus Ayat 26: Balasan Kebaikan dan Keindahan .Allah SWT berfirman dalam Surah Yunus ayat 26:
 "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada balasan yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan wajah mereka tidak ditutupi kegelapan dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." Ayat ini secara langsung menyebutkan ketiadaan kegelapan dan kehinaan pada wajah orang-orang yang berbuat baik, yang merupakan sinonim dari "putih berseri." Bahkan, disebutkan adanya "tambahan" yang sering ditafsirkan sebagai melihat wajah Allah. Ini menegaskan bahwa kenikmatan surga bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual, dan wajah yang bercahaya adalah tanda dari kebahagiaan tertinggi yang mereka peroleh karena keimanan dan amal salehnya.

Ayat-ayat ini secara kolektif memperkuat pesan inti bahwa kehidupan di dunia ini adalah ladang amal, dan Hari Kiamat adalah hari pembalasan yang adil. Wajah kita di hari itu akan menjadi cerminan sejati dari perjalanan hidup yang telah kita pilih.

Pada akhirnya, refleksi dari Surah Ali 'Imran ayat 106-107 ini adalah panggilan jiwa untuk senantiasa mengevaluasi diri. Kita memiliki kesempatan untuk memilih, untuk beriman, untuk beramal saleh, dan untuk mencari keridhaan Allah. Marilah kita jadikan cahaya keimanan terpancar dari setiap tindakan kita, agar kelak di Hari Kiamat, wajah kita termasuk golongan yang putih berseri. Adakah bekal yang lebih berharga dari itu?

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger