Selamat datang di cahayabundaastuti.com

KM Alsudais 21

Kamis, 23 Februari 20238komentar


KM Alsudais 21

Oleh: Sri Sugiastuti 

Peluit terakhir sudah terdengar dari dalam kapal Al Sudais 21 jurusan Ternate- Sanana. Kapal ini berangkat tepat pukul 17.00 WIT dari pelabuhan Ahmad Yani Ternate, atau biasa disebut Fort Ternate yang sudah ada sejak zaman Belanda.  Di pelabuhan itu juga bongkar muatan setiap kapal yang menurunkan atau mengirim barang untuk kegiatan ekonomi antar pulau.

Rindu membuncah dengan cucu, membuat Bu Kanjeng punya kekuatan mengadakan perjalanan  menggunakan transportasi laut. Karena penerbangan dari Ternate hanya ada di hari Rabu dan Jumat. Pesawat Susiair sudah soldout. Solusi terbaik ya  dengan transportasi laut. Tekad sudah bulat. Saatnya hunting tiket  menuju Kab Sula,  Sanana.

Di sela acara ngebolang di Ternate dan sekitarnya,  Bu Kanjeng ditemani Rini, seorang dosen muda  yang mengajar di Akademi Kebidanan di Tidore. Tanpa Rini di Ternate apalah jadinya. Sepertinya Allah sudah menghendaki  Rinilah yang membersamai Bu Kanjeng selama di Ternate.

Sejak pukul 8.00 hingga azan dzuhur dikumandangkan, urusan ngebolang hingga hunting tiket kapal plus booking kamar di kapal selesai. Usai salat, hujan turun deras sekali, disertai angin kencang.  Pikiran Bu Kanjeng berkelana,  membayangkan apa yang terjadi saat hujan deras disertai petir bila di dalam kapal yang sedang berjalan di tengah  laut. Mengapa Allah tumpahkan hujan di siang hari.

Terbayang ombak besar yang menggulung, cuaca ekstrem, dan pengalaman lain tentang mabuk laut. Apalagi dia akan berada di KM Alsudais 21 selama 12 jam menuju Sanana di pulau Sulabesi Maluku utara. Dibesarkan hatinya, semua akan baik- baik saja, bisik batinnya.

Menunggu hujan reda, waktu terus bergulir. Acara packing sudah selesai. Ada kendala dimana harus menitipkan 1 barang bawaan Bu Kanjeng yang sengaja ditinggal di Ternate. Mengingat bagasi pesawat Sanana-Ternate dibatasi hanya 10 kg. Diputuskan tetap dititipkan di rumah Rini, walaupun saat ambil barang, Rini sedang pulang kampung.

Grab sudah dipesan. 5 menit kemudian datang. Kodratullah hujan reda. Rush hitam yang disupiri Pak Munzani asli orang Ternate mengantar Bu Kanjeng ke pelabuhan.  Bu Kanjeng minta tolong supaya bisa mampir ke Kimia Farma beli Antimo.(pesan anaknya agar ibunya tidak mabuk laut) dan yang terpenting mampir juga ke RM Padang. Bu Kanjeng tidak ingin beli makanan yang dijual di dalam kapal. Deal. Dua jenis yang dibeli Bu Kanjeng sudah aman bersamanya.

Turun dari mobil, Bu Kanjeng sudah ditunggu Pak Porter yang membantu Bu Kanjeng booking kamar di kapal tadi siang. Sebenarnya bawaan Bu Kanjeng hanya 1 tas ransel, 1 dus kecil oleh-oleh, tas jinjing isi air mineral dan kawan- kawannya. Jaraknya juga tidak terlalu jauh. Alhamdulillah dan bersyukur selama masih mau berbagi dengan ikhlas pasti pertolongan Allah datang.

Bu Kanjeng tiba di kamar. Karena kuncinya sudah di tangannya sejak tadi siang. Sepertinya Bu Kanjeng punya masalah dalam hal membuka dan mengunci pintu. Hal ini terjadi saat perjalanan di kapal Al Sudais 21. Saat ia mau ke toilet, terpaksa dia minta tolong kepada salah satu penumpang yang sedang duduk di buritan kapal. Bu Kanjeng agak sungkan, tetapi itulah solusinya.

Masalah ke toilet dan mengunci pintu teratasi. Saat Bu Kanjeng terbangun sudah pukul 03.20. Bu Kanjeng tidak langsung ke kamar, tetapi duduk di kursi biru bagian dek di depan kamarnya. Suasana sepi, ia memandang laut lepas dalam gelap di akhir malam. Mesin kapal yang lembut. Ombak tenang yang dilalui kapal, saatbmelihat ke bawah,  buih putih di sepanjang tubuh kapal terlihat sangat indah.

Bu Kanjeng menatap langit dalam hening. Mulut dan hatinya melafalkan Ayat Kursi dan 3 Qul. ( Al ikhlas,  Falaq dan An Nas) dilanjutkan dengan  tahmid. Ia bersyukur sudah diberi kesempatan tadabur alam dan dekat dengan sang Pencipta,  tanpa izin-Nya dan kasih sayang-Nya, tak mungkin Bu Kanjeng bisa mengadakan perjalanan ini.

Ia sempat mengamati, seorang anak muda bercelana pendek, membawa sarung keluar dari musala. Ia teringat bahwa mayoritas penduduk Maluku utara memang muslim. Itu juga yang membuat merasa nyaman ke Maluku utara, walaupun sendirian..

Bu Kanjeng beranjak dari kursi dan bergegas ingin masuk kamar. Tiba- tiba ia melihat kamarnya sudah terbuka. Matanya melihat sandal jerit yang digunakan orang yang barusan lewat. Ia pun berteriak,
"Hai, hai mengapa masuk kamar saya? Teriaknya sambil bergegas ke tempat dimana ia menaruh barang- barang berharga. Spontan matanya tertuju pada tempat tidur yang berisi dua pria yang terbangun. 

Karena posisi 3 pria itu dalam keadaan tidur. Bu Kanjeng baru bahwa kamar yang dia masuki nomor 312 sementara nomor kamarnya 310. Sambil menahan malu Bu Kanjeng minta maaf. Ia mengakui bahwa salah kamar, sambil menunjukkan kunci kamar yang dipegang.

"Sudah, mari tidur lagi!" ujar salah satu penghuni kamar itu. Bu Kanjeng merasa malu sekaligus bersyukur. Andaikan ia kehilangan barang berharga di kapal pasti yang ada penyesalan.  Ia pun kembali ke kamar nomor 310 yang memang terkunci dan tidak barang ada barang yang hilang. Bu Kanjeng menenangkan pikirannya, dan berusaha tidur kembali.

Sesekali, ia melihat ke luar jendela dan masih gelap. Tiba-tiba terdengar peluit dilanjutkan dengan pengumuman, bahwa kapal sebentar lagi akan bersandar di pelabuhan Sanana. Bukankah di jadwal kapal itu tiba pukul 07.00. Ternyata datang lebih awal. Sementara kedua hape Bu Kanjeng tidak bisa menghubungi anaknya.

Kapal sudah merapat dan Bu Kanjeng tetap tenang. Ia berharap anaknya tiba-tiba muncul menyapanya dan membawakan meSemenit, hingga 10 menit anaknya belum juga muncul.  Sementara perhatian Bu Kanjeng tertuju pada beberapa orang yang menawarkan tenaga membantu menurunkan barang bawaan. Langsung Bu Kanjeng meminta seseorang membawa bawaannya dan ia mengikutinya dari belakang.

Bu Kanjeng berkomunikasi dengan porter tersebut bahwa hapenya tidak ada sinyal, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan anaknya yang bekerja di bandara  Elmalamo Sanana.  

Ada 2 anak tangga yang dituruni. Untuk menuruninya, Bu Kanjeng harus ekstra hati-hati. Karena cukup curam. Apalagi anak tangga yang menghubungkan kapal w Te pelabuhan. Dengan dibantu petugas kapal Bu Kanjeng sukses menginjakkan kaki di bumi Sanana.

Bu Kanjeng kehilangan jejak orang yang membawa barang- barangnya. Tetapi ia tidak sepanik seperti kejadian di kamar 312. Tak lama dalam keremangan lampu di pelabuhan Sanana Bu Kanjeng melihat sebuah motor plus barang bawaannya, menghampiri dan berkata,

"Sudah, mari saya antar..."
Bu Kanjeng langsung duduk manis di bagian belakang Vario. Tig barang bawaan aman saja berada di bagian depan. Sepanjang jalan Bu Kanjeng bisa ngobrol dengan Pak Sahid orang asli Buton yang tinggal di Sanana. Bu Kanjeng mengetahui namanya setelah menanyakan namanya

Suasana pagi, jalanan lenggang. Tampak tepi pantai, rumah penduduk, toko dan warung yang masih tutup, juga pohon nyiur menjulang. Jalan beraspal lumayan mulus dan lebar. Batin Bu Kanjeng selalu berzikir. Hanya karena pertolongan Allah, ia bisa sampai di pulau Sula.

Ya Allah, alhamdulillah rasanya Bu Kanjeng tidak percaya begitu mudahnya ia bisa menuju rumah anaknya. Ia menuju bandara yang sunyi dan terlihat sangat sederhana.  Karena hari ini tidak ada penerbangan. Dengan dipandu salah satu petugas piket Bu Kanjeng tiba di rumah anaknya. Pak Sahid tidak memasang tarif berapa Bu Kanjeng harus membayar.  Jadi keikhlasan Bu Kanjeng 100 ribu. Itulah yang diberikan kepada Pak Sahid.

Melihat kedatangan Ibunya, mereka seakan tak percaya. Ibunya dari Solo sendirian menyeberang beberapa pulau melalui darat udara dan laut, akhirnya sampai ke Sanana Kabupaten pulau Sula Maluku utara. 

Begitulah kekuatan cinta seorang nenek kepada cucunya yang berada di Indonesia bagian timur  Indonesia. 

Sanana, 25 Februari 2023
#Catatan Perjalanan 02.
Share this article :

+ komentar + 8 komentar

23 Februari 2023 pukul 13.21

Catatan perjalanan yang mengesankan. Mantap, bu hajjah. Monggo lanjutkan.

23 Februari 2023 pukul 13.25

Luar biasa bunda catatan perjalanannya, senantiasa dikemas dengan menarik,.

23 Februari 2023 pukul 16.20

Catatan perjalanan yang sangat apik...

23 Februari 2023 pukul 21.24

Didasari cinta cucu, bunda Kanjeng memiliki semangat luar biasa dalam melakukan perjalanan. Selamat melepas rindu untuk putra dan cucu tercinta

27 Februari 2023 pukul 03.27

Serasa ikut naik kapal yang huuf luar biasa.. capek hilang tatkala bisa mlihat cucu..

27 Februari 2023 pukul 04.17

Luar biasa, nano nano ceritanya. Inting Bunda tidak disekap yang di kamar salah tadi
Hehe...

27 Februari 2023 pukul 04.26

Terbawa suasana..cemas, gembira. Cerita nyata dikemas sangat indah. Selamat bertemu cucu tersayang Bunda.

27 Februari 2023 pukul 06.34

Perjalanan yang seru. Ikut merasakan deg-degannya. Alhamdulillah sampai dengan selamat.

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger