Cil-cil dan Tumpukan Sampah
Di sebuah desa yang asri, tinggallah seekor kancil yang cerdik bernama Cil-cil. Cil-cil suka bermain dan berlari-lari di sekitar rumahnya. Namun, ada satu kebiasaan Cil-cil yang kurang baik: dia sering membuang sampah sembarangan. Bungkus permen, kulit pisang, semua dilempar begitu saja.
Suatu pagi, Cil-cil terbangun dan melihat sekeliling rumahnya. "Aduh, kenapa kotor sekali?" gumamnya. Sampah berserakan di mana-mana. Lalat-lalat berterbangan, dan bau tak sedap mulai tercium. Cil-cil mulai merasa tidak nyaman.
Saat Cil-cil sedang membersihkan sedikit sampahnya, muncullah Serigala Rakus, tetangga Cil-cil yang terkenal malas dan suka mengganggu. Serigala Rakus tertawa terbahak-bahak melihat rumah Cil-cil yang berantakan.
"Hahaha, lihatlah Cil-cil! Rumahmu seperti tempat sampah! Pantas saja tidak ada yang mau bermain denganmu," ejek Serigala Rakus sambil menendang kaleng bekas minuman hingga sampahnya makin berserakan.
Cil-cil merasa sedih dan sedikit marah. Kata-kata Serigala Rakus memang menyakitkan, tapi ada benarnya. Lingkungan rumahnya memang kotor karena ulahnya sendiri. Cil-cil kemudian teringat nasihat Ibunya, "Cil-cil, jaga kebersihan itu penting. Rumah bersih, hati pun senang."
Sejak hari itu, Cil-cil bertekad berubah. Setiap habis makan atau memakai sesuatu, dia selalu mencari tempat sampah. Mulai dari sisa makanan hingga bungkus jajan, semua dibuang pada tempatnya. Awalnya memang sulit, kadang Cil-cil lupa. Tapi dia terus berusaha.
Perlahan, rumah Cil-cil mulai bersih dan rapi. Udara terasa lebih segar, dan lalat-lalat pun pergi. Bahkan, teman-teman Cil-cil mulai senang bermain di rumahnya lagi. Serigala Rakus yang biasanya mengejek, kini hanya bisa terdiam melihat rumah Cil-cil yang bersih dan nyaman.
Pesan dari cerita ini adalah bahwa menjaga kebersihan diri dan lingkungan itu tanggung jawab kita sendiri. Awalnya mungkin sulit, tapi jika kita mau berusaha dan mandiri, hasilnya akan terasa. Lingkungan yang bersih membuat kita nyaman dan disukai teman.
Posting Komentar