Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Ketika Cahaya Ilahi Meredup

Selasa, 22 Juli 20250 komentar




Ketika Cahaya Ilahi Meredup

Pernahkah Anda membaca kisah ini?
Kisah antara Nabi Muhammad ﷺ dan Zaidul-Khoir  yang merupakan cerminan indah tentang bagaimana kita mengenali petunjuk hati. Hati, layaknya kompas spiritual, sejatinya selalu mengarah pada kebaikan. Namun, tak jarang ia berkarat, bahkan mati, karena tumpukan dosa dan kelalaian. 

Mari kita telaah lebih dalam tanda-tanda hati yang merana dan bagaimana kita dapat menghidupkannya kembali.
Ketika Zaidul-Khoir bertanya kepada Nabi ﷺ tentang tanda-tanda orang yang dicintai dan dimurkai Allah, jawaban beliau sangatlah gamblang. Zaid menjelaskan bahwa ia mencintai kebaikan, pelakunya, dan penyebarannya. Ia menyesal jika tertinggal dari kebaikan dan selalu yakin akan pahala setiap amal, sekecil apa pun. Nabi ﷺ lantas membenarkan, "Ya itu, yaitulah dia, andaikan Allah tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan yang lain dari itu, dan tidak peduli di jurang yang mana engkau akan binasa."

Ini menunjukkan bahwa kecintaan pada kebaikan dan keinginan kuat untuk berbuat baik adalah tanda hati yang hidup dan dicintai Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 195: "...dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Lalu, bagaimana dengan hati yang mati? Hati yang mati adalah hati yang tidak lagi merasakan getaran kebaikan, bahkan cenderung condong pada kemaksiatan. Ia menjadi keras, buta, dan tuli terhadap nasihat. 

Dalam Surah Al-A'raf ayat 179, Allah berfirman, "Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." Ayat ini dengan jelas menggambarkan kondisi hati yang telah mati, tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Tanda-tanda hati yang mati dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, seseorang yang acuh tak acuh terhadap musibah orang lain, bahkan cenderung gembira di atas penderitaan mereka. Atau, seseorang yang tidak merasa bersalah setelah melakukan dosa, justru merasa biasa saja atau bahkan menganggapnya remeh.

 Hati yang mati juga ditandai dengan sulitnya menerima nasihat kebenaran, merasa benar sendiri, dan enggan memperbaiki diri. Ia lebih suka mendengarkan pujian palsu daripada kritik membangun.

Sikap menunda-nunda amal kebaikan juga merupakan indikasi hati yang mulai meredup. Kita sering mendengar frasa "nanti saja" ketika diajak berinfak, bersedekah, atau mengunjungi orang sakit.

Berbeda dengan Zaidul-Khoir yang merasa menyesal jika ketinggalan kebaikan, hati yang mati justru merasa tenang dan tidak terbebani oleh ketertinggalan tersebut. Hal ini sejalan dengan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, "Bersegeralah beramal sebelum datangnya tujuh perkara: kefakiran yang melupakan, kekayaan yang membanggakan, sakit yang merusak, masa tua yang membuat pikun, kematian yang tiba-tiba, Dajjal, atau hari Kiamat."

Refleksi diri adalah kunci untuk mengenali kondisi hati kita. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya masih merasakan kebahagiaan saat melakukan kebaikan? Apakah saya merasa sedih atau gelisah saat terjerumus dalam dosa? Apakah hati saya bergetar ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur'an atau nasihat agama? Jika jawabannya cenderung negatif, itu bisa menjadi alarm bahwa hati kita memerlukan perhatian serius. Menghidupkan kembali hati yang mati membutuhkan usaha dan kesadaran.

Maka, marilah kita senantiasa menjaga hati kita agar tetap hidup dan bercahaya. Caranya adalah dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis ilmu, memperbanyak istighfar, dan bersedekah. Ingatlah firman Allah dalam Surah Ar-Ra'd ayat 28: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." Semoga kita semua dikaruniai hati yang hidup, yang senantiasa condong pada kebaikan dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger