Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Hakikat Zuhud

Selasa, 22 Juli 20250 komentar


Hakikat Zuhud  Ibadah Bersih dari Riya'

Pernahkah Anda mendengar tentang zuhud? Kata ini seringkali diidentikkan dengan hidup miskin atau menjauhi dunia sama sekali. Padahal, zuhud jauh lebih dalam dari itu. Para ulama tabiin dan sebagian sahabat Nabi, mereka bukanlah orang-orang yang lari dari dunia, melainkan mereka yang menempatkan dunia pada tempatnya yang tepat: di luar hati, di tangan, bukan di dalam sanubari. Bagi mereka, dunia hanyalah persinggahan sementara, sedangkan akhirat adalah tujuan sejati yang harus dikejar dengan sungguh-sungguh. Mereka memahami bahwa harta dan kemewahan hanyalah titipan yang pasti akan ditinggalkan.

Hati seorang yang zuhud dipenuhi dengan keikhlasan yang murni. Mereka beramal bukan untuk pujian manusia, bukan pula untuk pengakuan di mata sesama. Semua ibadah yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk Allah SWT. Inilah esensi dari zuhud: membersihkan hati dari segala bentuk pamrih, terutama riya'. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menegaskan bahwa inti dari ibadah adalah ketulusan dan kemurnian niat hanya untuk Allah.
Lalu, mengapa riya' begitu berbahaya? Riya' adalah penyakit hati yang merusak amal ibadah, karena ia adalah akibat dari ketergodaannya manusia oleh fatamorgana dunia yang sementara. Ketika seseorang beramal hanya untuk dilihat dan dipuji orang lain, amal tersebut kehilangan nilainya di sisi Allah. Ia menjadi hampa, tak ubahnya debu yang beterbangan. Tamak, ingin dipuji, dan merasa diri paling baik adalah beberapa bibit riya' yang bisa tumbuh subur di hati jika tidak dijaga.

Bayangkan kisah seorang pedagang yang setiap hari bersedekah ribuan rupiah. Jika ia melakukan itu semata-mata karena ingin disebut dermawan oleh tetangganya atau agar usahanya laris manis, maka sedekahnya bisa jadi tercampur riya'. Berbeda halnya jika ia bersedekah karena ingin membantu sesama dan berharap ridha Allah, tanpa peduli apa kata orang. Di sinilah letak perbedaan yang mendasar. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini secara gamblang menjelaskan bahwa niat adalah penentu nilai suatu amal.

Orang-orang yang zuhud senantiasa menjaga niat mereka. Mereka memahami bahwa dunia ini hanyalah ladang tempat menanam amal kebaikan untuk bekal di akhirat. Mereka tidak tergiur dengan gemerlapnya popularitas atau jabatan, karena mereka tahu semua itu hanyalah tipuan sesaat.
Fokus mereka adalah pada apa yang kekal dan abadi di sisi Allah.

Maka, mari kita renungkan sejenak. Apakah amal ibadah kita selama ini sudah benar-benar murni untuk Allah? Apakah kita masih sering berharap pujian atau pengakuan dari manusia? Zuhud bukanlah berarti meninggalkan dunia dan mengasingkan diri. Zuhud adalah melepaskan keterikatan hati pada dunia, menjadikannya alat untuk mencapai akhirat, bukan tujuan akhir.

Dengan hati yang bersih dari riya' dan niat yang lurus, amal ibadah kita akan menjadi lebih bermakna dan diterima di sisi-Nya. Ketika kita mampu menempatkan dunia di luar diri dan akhirat di hadapan mata, insyaallah kita akan merasakan kedamaian sejati dan mendapatkan ganjaran yang berlimpah dari Allah SWT, menempatkan kita di tempat yang Ia ridai. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang zuhud dalam maknanya yang sebenarnya.

Medio,Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger