Memilih Lingkaranmu, Memilih Takdirmu
"Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud)
Petuah bijak tersebut tak lekang oleh waktu, menjadi pengingat abadi akan kekuatan dahsyat yang tersimpan dalam pergaulan. Seringkali orang tua menasihati kita untuk "pandai-pandai memilih teman," sebuah kalimat sederhana namun mengandung samudra makna. Teman, kawan, sahabat—apa pun sebutannya—adalah cermin diri kita, mereka yang tanpa sadar membentuk, mengukir, bahkan mengubah arah hidup kita. Intensitas hubungan dengan mereka, disadari atau tidak, akan menorehkan jejak dalam setiap sendi kehidupan, baik itu jejak kebaikan maupun keburukan
Sungguh beruntunglah kita bila lingkaran pergaulan kita adalah oase kebaikan, sumber inspirasi yang menuntun kita pada kemajuan. Mereka adalah anugerah, penambah nilai yang membuat setiap langkah terasa lebih berarti. Namun, celakalah kita jika pergaulan justru menjadi jerat, menarik kita ke lembah kemaksiatan dan kehancuran. Pengaruh negatif, sayangnya, jauh lebih cepat menular dan merusak daripada kebaikan. Ibarat virus, ia menyebar dengan cepat, merasuk ke dalam jiwa, dan mengubah fitrah seseorang. Maka, pertanyaan pentingnya adalah: sudahkah kita memilih lingkaran pergaulan yang tepat?
Nabi Muhammad SAW menggambarkan perumpamaan yang begitu relevan: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan memberimu minyak wangi atau kamu membeli darinya atau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, dia akan membakar bajumu atau kamu mendapatkan bau busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Perumpamaan ini menegaskan betapa berharganya teman yang baik. Ia akan senantiasa menyebarkan keharuman akhlak dan kebaikan, sementara teman yang buruk hanya akan menyisakan bara api keburukan dan bau busuk yang merusak. Ini bukan hanya tentang lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan mental dan spiritual kita.
Betapa banyak kisah nyata yang menjadi saksi bisu akan kekuatan pergaulan ini. Ambil contoh seorang pemuda yang awalnya rajin beribadah dan berakhlak mulia. Namun, setelah bergaul dengan kelompok yang gemar menghabiskan waktu dengan sia-sia, bahkan terjerumus dalam perbuatan maksiat, perlahan namun pasti, integritasnya runtuh. Salatnya terbengkalai, tutur katanya berubah kasar, dan perilaku positifnya terkikis habis. Ia menjadi pribadi yang sama sekali berbeda, jauh dari citra dirinya semula. Ini adalah bukti nyata betapa rapuhnya benteng diri jika pondasinya tak diperkuat oleh pergaulan yang sehat.
Namun, janganlah berputus asa. Ada pula kisah-kisah inspiratif yang menunjukkan kekuatan kebaikan dalam pergaulan. Seorang pecandu narkoba yang telah terjerumus dalam jurang hitam, bertemu dengan komunitas relawan yang fokus pada rehabilitasi. Dengan ketekunan dan kesabaran para relawan, serta lingkungan yang positif dan suportif, ia perlahan bangkit. Ia melihat cahaya harapan, belajar dari pengalaman mereka yang telah lebih dulu pulih, dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari belenggu kecanduan. Ini adalah bukti bahwa pergaulan yang baik mampu menjadi tangan-tangan penolong yang menarik kita dari kegelapan menuju cahaya.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahf ayat 28: ""Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." Ayat ini secara eksplisit memerintahkan kita untuk senantiasa bersama dengan orang-orang yang beribadah dan mengharapkan keridhaan Allah, serta menjauhi mereka yang lalai dan menuruti hawa nafsu.
Maka, sudah selayaknya kita merenungkan kembali lingkaran pergaulan kita. Apakah mereka mendekatkan kita pada kebaikan atau justru menjerumuskan pada keburukan? Apakah mereka mendukung impian dan tujuan positif kita, atau malah menghambatnya? Pilihlah teman yang mengingatkan kita pada kebaikan, yang menegur kita saat salah, dan yang mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Sebab, pergaulan adalah investasi terbesar dalam hidup kita, ia dapat mengantarkan kita pada kemuliaan atau menjerumuskan kita ke dalam kehinaan.
Marilah kita menjadi pribadi yang cerdas dalam memilih, agar lingkaran pergaulan kita menjadi sumber keberkahan dan kebaikan abadi.
Medio, Juli 2025
Posting Komentar