Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Sebuah Pengantar Buku "Pesona Aksara Digdaya

Jumat, 27 September 20243komentar

Sebuah Kata Pengantar Buku
Oleh: Hariyanto 
KATA PENGANTAR

SMALL IS BEAUTIFUL
Oleh: Drs.Hariyanto *)

Membaca buku Kumpulan  puisi 2.0 ini menjadi satu hal yang menarik dan mengesankan. Bukan saja tentang penulisnya yang sering menyebutkan dirinya golongan “Pang” alias Kelompok Pangsiunan usia rerata 60 tahun tetapi masih sangat aktif dalam dunia kepenulisan. Saya bersyukur mendapat kehormatan untuk menulis pengantar bukunya dan catatan khusus Kumpulan puisi 2.0 atau disebut P.2.0 ini untuk keduakalinya. Buku ke 1 berjudul “ Pesona  Cakarawala Aksara,” (2023) dan buku ke 2 “ Pesona Aksara Digdaya : Seikat Puisi P.2.0.” (2024) yang berisi 157 puisi. Sesungguhnya ada hal lain yang menarik kecermatan menangkap ide secara cepat dan mengemasnya dalam puisi 2.0. 
Buku ini terdiri dari 157 puisi dengan berbagai tema yang berkisah kehidupan sosial, religi, keindahan alam, kuliner, juga hasil olah rasa dan karsa. Beragam benda dan objek, kisah dan kesan semua dituliskan dengan bahasa yang indah dan simple. Ditulis dalam bentuk puisi yang “mungil” karena tidak lebih dari 20 kata sesuai ciri dari fisik puisi 2.0. Ciri ini sesuai dengan perkembangan zaman yang menghendaki serba cepat dan instant. Kecepatan mendapat informasi diwujudkan dalam puisi yang “mini” tetapi tetap memperhatikan sisi keindahan yang diramu dari diksi, irama, rima, tema dan suasana.
Coba kita telisik satu puisinya berjudul “TERBELENGGU”
TERBELENGGU

lembar malam
tersibak perlahan
kerinduan
mencekam
resah menyergap
pilu
dalam senyum semu
menanti di ranting harap

Diksi (Pilihan Kata):
• Puisi ini menggunakan kata-kata yang cukup kuat dan menggambarkan perasaan dengan intensitas. Misalnya, “kerinduan,” “mencekam,” dan “pilu” memberikan kesan emosional yang mendalam.
• “Senyum semu” juga menarik karena menggambarkan ketidakjujuran atau ketidaksempurnaan. Atau juga gambaran senyum hampa tanpa makna.
Rima:
• Pengulangan kata juga cukup kuat seperti dalam penggalan kata “malam” dan “mencekam”
Suasana dan Kriteria Keindahan:
• Puisi ini menciptakan suasana yang gelap dan melankolis. Lembar malam yang tersibak perlahan, kerinduan, dan resah menyergap memberikan gambaran tentang kegelapan dan ketidakpastian.
• Kriteria keindahan dalam puisi sangat subjektif, tetapi puisi ini berhasil mengekspresikan perasaan dengan cara yang kuat dan mengundang refleksi.
Secara keseluruhan, puisi ini memiliki kekuatan dalam penggunaan kata-kata yang kuat dan menggambarkan perasaan dengan intensitas. Selanjutnya lebih dari selusin puisi bertemakan “Ramadhan”. Tema kebaharuan di sekeliling kita juga muncul misal dalam puisi “DEBAT CAPRES”, musim kemarau, tentang cucu, tentang IBU,  Pendidikan, dan  berbagai tema lainnya. Semua itu menarik karena ternyata dengan berbagai tema dan situasi apa pun bisa dijadikan puisi yang indah yang dikemas dalam susunan kata puitis. Beliau juga sering memperkenalkan kosakata baru, atau setidaknya kata yang jarang digunakan seperti “atma”, “dirgantara”, “telemoyo”, “jelaga”, “netra” dan “piuh” seperti dalam puisinya berjudul “BERPIUH AKSARA”
ketika,
ketuk pintu dunia maya 
jabat kata dan menyapa
hai,
aku datang
berpiuh aksara
saling warta dan bertanya

Sekali lagi puisi ini secara keseluruhan berhasil diekspresikan secara singkat yakni dengan mengangkat berbagai tema dalam susunan kata tidak lebih dari 20 kata, bahkan hampir keseluruhan disusun dalam 1 bait saja. Karena itu dalam hal ini mengingatkan kita pada buku karya E.F. Schumacer berjudul “ Small Is Beautiful: A Study of Economics As If People Mattered” buku yang meyorot soal Pembangunan berkelanjutan dalam bidang ekonomi Pembangunan maupun Pendidikan. Buku ini sempat menjadi salah satu  100 buku sangat berpengaruh di tahun 1995. Dalam hubungan dengan penulisan puisi maka pendapat untuk menulis puisi panjang baris dan baitnya  memang sangat baik, namun untuk masa kini puisi singkat seperti P. 2,0 ini juga menjadi alternatif yang bagus untuk dipertimbangkan. Bukan hanya dari sisi kepraktisannya, namun kepuasan penulis dan pembaca yang dalam waktu relatif singkat mampu mengabadikan berbagai moment dalam waktu singkat dan tetap menemukan sisi keindahan bahasanya. Dari sisi inilah sebenarnya hal penting yang digariskan oleh penggagas puisi 2.0 Dr. Endang Kasupardi, M.Pd yaitu pentingnya menuangkan bahasa dan rasa dalam bentuk puisi yang tidak lebih 20 kata. Mementingkan “imajinasi” dan pengamatan objek dan menuliskannya dengan singkat sebagai dasar untuk menulis puisi yang lebih panjang.
Saya mengucapkan selamat untuk penulis yang telah berhasil menuangkan berbagai ide dan pengamatannya dalam bentuk puisi 2.0 dengan Bahasa sederhana dan indah. Dan ini sekaligus surprise bagi kami dari anggota “Grup WA P.2.0 Berpuisi” yang saya bina sudah berhasil mengantar anggotanya menulis buku kumpulan puisinya. Teruslah berkarya, majukan literasi dan kibarkan pesona aksara di jagat raya. 

Bagu , Lombok Tengah, 27 September 2024

*)Ketua Tim Pengembang Puisi 2.0 Wilayah Jawatimur dan Timur Indonesia. Penulis buku, “ Menulis Puisi 2.0 ; Belajar dari Sang Pengagas” dan beberapa Kumpulan Puisi 2.0, “Merakit Asa,” dan “Naik Tangga”(2023)

Share this article :

+ komentar + 3 komentar

27 September 2024 pukul 14.08

Mantap nian Bunda! Betapa bahagianya, mendapat Pengantar sprt ini. Barokallah!

27 September 2024 pukul 14.55

Keren

28 September 2024 pukul 07.18

keren

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger