Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Bekal Abadi di Balik Tirai Kematian

Rabu, 23 Juli 20250 komentar


Bekal Abadi di Balik Tirai Kematian
Kematian, sebuah kepastian yang tak terhindarkan, seringkali menyelimuti hati dengan kecemasan. Namun, dalam kacamata spiritual, ia bukanlah akhir, melainkan sebuah gerbang, sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan dimensi keabadian. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali 'Imran ayat 158 yang telah kita renungkan: "Dan sungguh, jika telah sampai ajalmu di dunia ini, lalu kamu mati di tempat tidurmu atau kamu gugur di medan perang, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan dan kamu akan dibalas sesuai dengan amalan-amalanmu." Ayat ini menegaskan bahwa setiap jiwa akan kembali kepada-Nya, tanpa terkecuali, di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan dengan adil.

Tak peduli bagaimana kita meninggalkan dunia ini—apakah dengan damai di peraduan atau gagah berani di medan juang—destinasi akhir kita adalah sama: kembali kepada Sang Pencipta. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa kehidupan ini hanyalah persinggahan sementara, panggung tempat kita mengukir jejak amal. Setiap napas, setiap langkah, setiap tindakan kita sesungguhnya adalah bekal yang kita persiapkan untuk perjalanan abadi tersebut. Maka, sudah sepatutnya kita mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Ayat lain yang tak kalah menyentuh adalah Surah Ali 'Imran ayat 185: "Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian, dengannya semua makhluk akan kembali kepada Tuhannya untuk dihisab. Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala amalan-amalanmu dengan tidak dikurangi. Barang siapa yang dimuliakan, diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah, maka sungguh ia telah memperoleh tujuan akhir dari apa yang dicarinya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang akan lenyap. Karena itu, janganlah kamu terpedaya olehnya." Ayat ini dengan jelas memaparkan hakikat kehidupan dunia yang fana dan urgensi mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat.

Kisah nyata tak terhitung jumlahnya yang menunjukkan betapa singkatnya kehidupan dunia ini. Ambil contoh fenomena viral yang sering kita saksikan di media sosial: seseorang yang pagi harinya masih aktif dan ceria, namun sore harinya berita duka menyelimuti. Atau, kita menyaksikan seorang tokoh yang bergelimang harta dan kekuasaan, namun tak lama kemudian ia harus menghadapi takdir kematiannya, meninggalkan semua yang pernah ia genggam. Contoh-contoh ini adalah cerminan nyata dari kefanaan dunia, mengingatkan kita bahwa tak ada yang abadi kecuali Dzat Yang Maha Abadi.

Lebih dari itu, kita seringkali menyaksikan kasus-kasus di mana manusia begitu terbuai oleh gemerlap dunia. Mereka berlomba-lomba mengejar kekayaan, status, dan kenikmatan sesaat, hingga melupakan tujuan hakiki penciptaan mereka. Seolah-olah dunia ini adalah segalanya, padahal ia hanyalah bayangan yang akan sirna ditelan waktu. Harta benda yang dikumpulkan, jabatan yang direngkuh, semua itu akan ditinggalkan. Hanya amal saleh yang akan menemani kita dalam perjalanan berikutnya.

Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadisnya, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, pernah bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau penyeberang jalan." Hadis ini bukan sekadar kalimat biasa, melainkan sebuah filosofi hidup yang mendalam. Ia mengajak kita untuk memandang dunia ini sebagai tempat persinggahan sementara, bukan tempat tinggal abadi. Layaknya seorang musafir yang sedang melintasi jalan, kita tahu bahwa tujuan akhir kita ada di depan, bukan di tempat kita singgah sejenap. Ini adalah ajakan untuk tidak terlalu terpaku pada kemewahan dunia, melainkan fokus pada tujuan utama kita.

Penguat pesan ini juga bisa kita temukan dalam Surah Al-Kahf ayat 45: "Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia ini ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka tumbuhlah dengan subur karena air itu tanam-tanaman di bumi, kemudian tanam-tanaman itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Ayat ini dengan indahnya menggambarkan siklus kehidupan dunia: dari kesuburan dan keindahan, kemudian layu dan akhirnya musnah. Ini adalah metafora yang kuat tentang kefanaan segala hal di dunia ini, mengingatkan kita bahwa semua gemerlap yang kita lihat hanyalah sementara

Mengingat hal ini, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam sebuah hadis riwayat Bukhari: "Tidaklah seseorang itu mati melainkan ia telah merasakan semua kebaikan dan keburukan dari amal perbuatannya." Hadis ini mempertegas bahwa setiap individu akan memanen apa yang telah ia tanam. Jika kita menanam kebaikan, kebaikan pulalah yang akan kita tuai. Sebaliknya, jika keburukan yang kita tanam, maka keburukan pulalah yang akan menjadi balasannya. Ini adalah hukum kausalitas ilahi yang tak terbantahkan.

Maka, sudah saatnya kita merefleksikan diri secara mendalam. Apakah kita telah memanfaatkan waktu hidup kita dengan sebaik-baiknya? Apakah prioritas kita sudah sejalan dengan tujuan penciptaan kita? Apakah kita terlalu disibukkan dengan hal-hal duniawi hingga melupakan bekal akhirat? Mari kita renungkan, sudahkah kita menyiapkan bekal terbaik untuk "pulang" kepada-Nya?

Kematian bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari babak baru yang kekal. Ia adalah titik balik, momen di mana tirai dunia ditutup dan tirai akhirat dibuka. Kemenangan sejati bukanlah mereka yang berhasil meraih puncak dunia, melainkan mereka yang berhasil diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Itulah puncak dari segala tujuan, kebahagiaan abadi yang tak terhingga nilainya.

Mari kita jadikan setiap detik kehidupan ini sebagai ladang amal kebaikan. Mari kita isi dengan taat kepada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa berbuat kebaikan kepada sesama. Sebab, pada akhirnya, hanya amal baiklah yang akan menemani kita menuju keabadian. Jangan biarkan fatamorgana dunia memperdaya kita. Ingatlah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang akan lenyap, dan akhiratlah tempat kembali yang kekal abadi.

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger