Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Dua Perisai di Hari Perhitungan untuk Menggapai Syafaat Al-Qur'an

Rabu, 23 Juli 20250 komentar


Dua Perisai di Hari Perhitungan untuk Menggapai Syafaat Al-Qur'an

Dalam setiap sujud dan lantunan doa, kita semua mendambakan perlindungan dan pertolongan di hari yang tiada pertolongan selain dari Allah. Hari Kiamat, hari perhitungan amal, adalah momen paling genting bagi setiap jiwa. Namun, tahukah kita bahwa ada dua surah mulia dalam Al-Qur'an yang dijanjikan menjadi pembela bagi para pembacanya? Ini bukan sekadar janji biasa, melainkan kabar gembira dari lisan Rasulullah ﷺ, sebuah harapan besar bagi setiap mukmin yang berpegang teguh pada Kalam Ilahi.

Rasulullah ﷺ bersabda, "Akan didatangkan Al-Qur’an dan para ahlinya yang mengamalkannya di dunia. Didahului oleh Surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang yang membacanya." (HR. Muslim no. 805). Hadis sahih ini dengan jelas menunjukkan betapa agungnya kedudukan Surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Keduanya bukan hanya deretan ayat yang dibaca, melainkan entitas yang akan bersaksi dan membela di hadapan pengadilan Allah, bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh berpegang pada ajaran yang terkandung di dalamnya.

Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim (6/81) lebih lanjut menerangkan bahwa Al-Baqarah dan Ali ‘Imran dikenal sebagai Az-Zahrawain (dua cahaya). Sebutan ini diberikan karena kandungan petunjuk, keutamaan, dan pahala yang melimpah ruah di dalamnya. Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa kedua surah ini akan datang pada Hari Kiamat dalam wujud yang menakjubkan, seperti awan atau cahaya yang teduh, berfungsi menaungi dan membela orang-orang yang membacanya dengan penuh keimanan dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.

Bayangkan, di tengah teriknya padang Mahsyar, ada naungan khusus yang melindungi kita berkat dua surah ini. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa janji syafaat ini tidak berlaku mutlak bagi setiap pembaca. Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, "Ada dua golongan pembaca Al-Qur’an: Pertama, yang tidak mengamalkannya, maka Al-Qur’an menjadi hujjah ‘alaihi (bumerang baginya). Kedua, yang membenarkan dan mengamalkannya, maka Al-Qur’an menjadi hujjah lahu (pembelanya)." (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 4/637). Ini adalah peringatan keras. Al-Qur'an bisa menjadi penolong, tapi juga bisa menjadi pemberat timbangan dosa jika kita hanya membacanya tanpa menghiraukan perintah dan larangannya.

Dalam Al-Bahr Al-Muhith Ats-Tsajjaaj (16/360) ditegaskan lebih lanjut: "Siapa yang membaca Al-Qur’an namun tidak mengamalkannya, tidak menghalalkan yang halal, dan tidak mengharamkan yang haram, maka ia bukan Ahli Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak akan memberi syafaat kepadanya." Sungguh ironis dan sangat merugikan! Betapa banyak di antara kita yang mungkin rajin mengkhatamkan Al-Qur'an berkali-kali, memiliki hafalan yang kuat, atau suara yang merdu saat melantunkannya. Namun, jika semua itu hanya menjadi rutinitas tanpa upaya nyata untuk memperjuangkan isinya dalam kehidupan sehari-hari, maka Al-Qur'an justru akan menjadi saksi yang memberatkan kita.

Ambil contoh seorang muslim yang setiap hari membaca Surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran, bahkan mungkin menghafalnya. Ia tahu bahwa dalam Al-Baqarah ada ayat tentang larangan riba, namun ia tetap terlibat dalam transaksi ribawi. Ia tahu dalam Ali ‘Imran ada perintah untuk bersabar dan menahan amarah, namun ia masih sering meledak-ledak. Orang seperti ini, meskipun secara lisan "membaca" Al-Qur'an, hakikatnya ia tidak "mengamalkan" atau "menghidupi" Al-Qur'an. Maka, ia berisiko besar tidak mendapatkan syafaat yang dijanjikan.
Ini bukan berarti kita harus sempurna dalam mengamalkan setiap ayat sebelum merasa layak. Namun, ini adalah panggilan untuk senantiasa berusaha, berjuang, dan bermuhasabah.

Mengamalkan Al-Qur'an berarti memahami perintah dan larangannya, lalu berusaha sekuat tenaga untuk menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya. Ini adalah proses berkelanjutan, sebuah perjuangan yang membutuhkan keikhlasan, kesabaran, dan istiqamah.

Syafaat Al-Qur'an di Hari Kiamat adalah anugerah yang sangat berharga, sebuah kemuliaan yang hanya diberikan kepada mereka yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, bukan sekadar hiasan di lemari atau lantunan di lidah. Mari kita renungkan, sudahkah kita termasuk golongan "Ahli Al-Qur'an" yang sesungguhnya? Sudahkah kita berusaha menjadikan setiap ayat, khususnya dari Al-Baqarah dan Ali ‘Imran, sebagai cahaya petunjuk yang membimbing setiap langkah dan keputusan kita?

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-Nya yang bukan hanya rajin membaca Al-Qur'an, tetapi juga tekun mengamalkan setiap ajarannya. Semoga Surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran benar-benar menjadi dua perisai yang kokoh, dua cahaya yang menaungi, dan dua pembela yang akan bersaksi untuk kebaikan kita di hari perhitungan. Mari kita tingkatkan interaksi kita dengan Kalamullah, menjadikan Al-Qur'an sebagai sahabat sejati di dunia dan pembela setia di akhirat. Apakah Anda siap menjadikan Al-Qur'an, terutama Az-Zahrawain, sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup Anda?

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger