Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Kebaikan Sejati Dimulai dari Diri Sendiri

Rabu, 23 Juli 20250 komentar



Kebaikan Sejati Dimulai dari Diri Sendiri
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.
Dalam pusaran kehidupan sosial, kita sering kali tanpa sadar memegang "cermin" yang salah. Alih-alih menggunakannya untuk melihat diri sendiri, kita justru memantulkannya ke arah orang lain, sibuk mengamati setiap gerak-gerik, menilai kekurangan, atau bahkan membandingkan pencapaian. Persepsi bahwa kita harus lebih baik dari orang lain, atau setidaknya tidak lebih buruk, seringkali menjadi jebakan yang melenakan. Padahal, kebaikan sejati dan kemuliaan akhlak tidak pernah diukur dari perbandingan eksternal. Sesungguhnya, perjalanan menuju pribadi yang lebih baik—pribadi yang utuh dan diridhai—selalu dimulai dari introspeksi mendalam dan fokus pada perbaikan diri sendiri.

Tidak perlu seseorang itu menilai perilaku orang lain dalam kesehariannya, untuk mengukur dirinya sendiri, apakah ia lebih baik daripada orang lain atau sebaliknya. Namun yang terpenting, bagi setiap orang itu hendaklah berusaha memperhatikan perilaku dirinya sendiri terhadap apa-apa yang telah ia lakukan, untuk dijadikan standar ukuran bagi keinginan memperbaiki diri sendiri.

Rasulullah ﷺ bersabda: "Jadilah kalian di dunia ini seakan-akan tamu, jadikanlah masjid-masjid sebagai rumah kalian; biasakanlah hati kalian selalu ingat akan Allah, perbanyaklah berpikir dan menangis, serta janganlah hawa nafsu kalian melalaikan dari perkara akhirat. Kalian membangun rumah-rumah yang tidak akan kalian tempati (untuk selamanya), dan kalian mengumpulkan harta yang tidak akan kalian makan (untuk selamanya), serta kalian mencita-citakan hal-hal yang tidak bakal kalian capai." (HR. Abu Na’im melalui Alhakam Ibnu Umair).

Nasihat "Jadilah kalian di dunia ini seakan-akan tamu" mengingatkan kita tentang hakikat kehidupan fana ini. Kita adalah musafir, dan dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Seorang tamu tidak akan sibuk membangun istana di tempat singgahnya, melainkan mempersiapkan bekal untuk perjalanan pulang. Begitu pula kita, tidak sepantasnya terlalu terikat dengan kemegahan dunia yang akan kita tinggalkan. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Kahf ayat 45: "Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kemudian, sabda Nabi, "jadikanlah masjid-masjid sebagai rumah kalian", mengandung makna yang sangat dalam. Ini bukan hanya anjuran untuk sering pergi ke masjid, tetapi juga untuk menggunakan sebagian waktu kita untuk ber-i’tikaf di dalamnya, berdiam diri, beribadah, dan mendekatkan diri kepada Allah. Masjid adalah rumah Allah, tempat hati merasa tenang, dan jiwa menemukan kedamaian. Seorang Muslim yang menjadikan masjid sebagai "rumah"-nya akan lebih mudah menjaga keistiqamahan dan jauh dari hiruk pikuk dunia yang melenakan.

Selanjutnya, "biasakanlah hati kalian selalu ingat akan Allah, perbanyaklah berpikir dan menangis". Ini adalah resep untuk melunakkan hati. Zikirullah (mengingat Allah) secara terus-menerus akan membersihkan hati dari kotoran dosa dan melunakkan kekerasan jiwa. Tafakur (berpikir mendalam) tentang kebesaran Allah, penciptaan-Nya, dan hakikat kehidupan akan menumbuhkan kesadaran diri. Dan tangisan penyesalan atas dosa-dosa, serta rasa takut akan azab Allah, adalah tanda keimanan yang hidup. Semua ini membantu kita melupakan ingatan akan makhluk dan lebih fokus pada Sang Pencipta.

Peringatan "janganlah hawa nafsu kalian melalaikan dari perkara akhirat" adalah tamparan keras bagi realitas hidup banyak orang. Betapa seringnya kita membangun rumah yang megah dan mewah, padahal kita tahu pasti tidak akan menghuninya selamanya. Kita sibuk mengumpulkan harta benda yang berlimpah ruah, namun pada akhirnya tidak semua bisa kita nikmati atau bawa mati. Dan kita seringkali mengejar cita-cita duniawi yang fana, yang pada akhirnya tidak bakal kita capai atau justru menjauhkan kita dari tujuan akhir kehidupan.

Ambil contoh sederhana, seseorang yang menghabiskan seluruh waktunya bekerja keras untuk mengumpulkan harta, bahkan sampai mengabaikan kesehatan, ibadah, dan hubungan dengan keluarga. Ia berdalih demi masa depan yang lebih baik, namun seringkali masa depan yang ia kejar hanyalah fatamorgana yang tak berujung. Atau, seorang pelajar yang terlalu terobsesi mengejar nilai sempurna dan pengakuan, hingga mengorbankan waktu untuk berinteraksi sosial, belajar agama, dan bahkan kesehatan mentalnya.

Bukankah ini adalah perwujudan dari hawa nafsu yang melalaikan dari esensi hidup yang lebih hakiki?
Ini bukan berarti kita dilarang memiliki ambisi atau bekerja keras di dunia. Sama sekali tidak. Namun, pesan Rasulullah ﷺ adalah tentang menjaga keseimbangan dan menetapkan prioritas yang benar. Segala aktivitas duniawi haruslah menjadi jembatan menuju akhirat, bukan tujuan akhir itu sendiri. Ketika kita memahami bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan dan sarana, hati kita akan lebih lapang, tidak mudah terikat, dan lebih fokus pada bekal yang akan kita bawa kelak di hadapan Allah.

Sabda Rasulullah ﷺ ini menjadi motivasi utama bagi kita untuk memilih jalan hidup yang jauh lebih baik. Ini bukan tentang menyaingi orang lain, melainkan tentang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, demi kebaikan masa depan yang abadi di akhirat nanti. Dengan fokus pada perbaikan diri, menjadikan masjid sebagai pusat hati, senantiasa mengingat Allah, dan tidak terperdaya oleh tipuan dunia, kita akan menemukan kedamaian sejati dan meraih kebahagiaan yang tidak akan pernah pudar. Sudahkah kita berani menatap cermin hati dan memulai perbaikan diri kita, hari ini?

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger