Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Menghindari Jerat Mengungkit Kebaikan

Rabu, 23 Juli 20250 komentar

Menghindari Jerat Mengungkit Kebaikan
Betapa sering kita mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri, sebuah kebaikan yang tadinya tulus, mendadak kehilangan cahayanya hanya karena "diungkit-ungkit." Dalam ajaran Islam, keikhlasan adalah mahkota setiap amal, terutama sedekah. Ia bukan hanya sekadar memberi, melainkan melepaskan dengan sepenuh hati, tanpa mengharap balasan apalagi pujian. Ketika seseorang mengungkit-ungkit kebaikannya, sesungguhnya ia sedang merobek kain keikhlasan itu, merusak nilai luhur dari perbuatan baiknya, dan justru dapat menjatuhkan pahala yang seharusnya ia dapatkan.

Mengungkit-ungkit kebaikan adalah perbuatan yang sangat dicela dalam Islam, bahkan Allah Swt. secara tegas melarangnya. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 264, Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." Ayat ini jelas menggambarkan bahwa ada dua dampak buruk dari mengungkit kebaikan: hilangnya pahala dan menyakiti perasaan penerima. Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hati, baik hati pemberi maupun penerima.

Ketika kita mengungkit kebaikan, seolah-olah kita ingin membatalkan atau mengambil kembali apa yang sudah kita berikan. Ini bukan hanya merendahkan si penerima, tetapi juga menunjukkan kurangnya tawakal dan keikhlasan kepada Allah. Bayangkan saja, seorang yang dulunya merasa sangat terbantu, tiba-tiba merasa terbebani atau bahkan malu karena kebaikan yang diterimanya terus-menerus diingatkan. Ini bisa merusak hubungan baik antar sesama dan menimbulkan luka yang dalam, padahal seharusnya sedekah itu mempererat tali persaudaraan.

Lebih jauh lagi, mengungkit kebaikan dapat dikategorikan sebagai dosa besar. Sebuah hadis sahih dari Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda: "Ada tiga golongan manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan dilihat oleh-Nya, tidak akan disucikan (dari dosa), dan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka adalah: orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya, orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang menjulurkan pakaiannya sampai menyentuh tanah karena sombong." (HR. Muslim). Hadis ini memberikan peringatan keras bahwa perbuatan mengungkit-ungkit pemberian adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah, bahkan sampai pada tingkatan tidak diajak bicara pada hari kiamat, yang merupakan kehinaan besar bagi seorang hamba.

Sifat mengungkit kebaikan seringkali berakar pada riya' (pamer) dan kesombongan. Seseorang yang mengungkit kebaikannya cenderung ingin dipuji, diakui, atau merasa lebih baik dari orang lain. Padahal, Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Ma'un ayat 4-7: "Maka celakalah orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya', dan enggan (menolong dengan) barang berguna." Ayat ini menegaskan bahwa riya' adalah sifat tercela yang bisa menghapus pahala ibadah, termasuk sedekah. Keikhlasan sejati adalah melakukan sesuatu hanya demi Allah, tanpa ada keinginan untuk dilihat atau dipuji manusia.

Mari kita refleksikan diri. Pernahkah kita tanpa sadar mengungkit kebaikan yang telah kita lakukan? Mungkin bukan dalam perkataan langsung, tetapi dalam pikiran atau sikap yang menunjukkan bahwa kita merasa berjasa. Misalnya, kita membantu seorang teman yang kesulitan finansial, lalu suatu hari ketika teman tersebut tidak bisa memenuhi permintaan kita, terlintas di benak, "Dulu kan aku pernah bantu dia..." Pikiran semacam ini, sekecil apa pun, sudah mulai menggerogoti keikhlasan. Contoh lain, seorang dermawan yang rajin bersedekah di masjid, namun ia selalu ingin namanya disebut atau merasa paling berjasa dalam setiap kegiatan masjid. Sikap ini, meskipun tidak secara terang-terangan mengungkit, tetap menunjukkan adanya riya' dan kesombongan yang bisa menghapus pahala sedekahnya.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha menanamkan keikhlasan dalam setiap amal perbuatan, khususnya sedekah. Berikanlah dengan tangan kananmu, hingga tangan kirimu tidak mengetahuinya. Lupakanlah kebaikan yang telah diperbuat, dan biarkanlah Allah Swt. yang mencatatnya sebagai bekal abadi di akhirat kelak. Dengan begitu, sedekah kita akan menjadi sumber pahala yang tak terhingga, membersihkan hati kita dari riya' dan kesombongan, serta mempererat tali kasih sayang antar sesama.

Medio, Juli 2025

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger