:
Moli si Monyet dan Pisang Pak Tani
Di pinggir hutan, dekat kebun Pak Tani, hiduplah seekor monyet lincah bernama Moli. Moli suka sekali pisang, dan kebun Pak Tani punya banyak sekali pisang matang. Suatu siang, perut Moli keroncongan. Ia melihat pisang-pisang kuning di pohon Pak Tani. Tanpa pikir panjang, Moli melompat masuk ke kebun dan mengambil beberapa tandan pisang. Ia buru-buru memakannya di atas pohon, jauh dari pandangan Pak Tani.
Moli merasa senang, pisangnya sangat manis! Tapi di dalam hatinya, ada sedikit rasa tidak enak. Ia tahu, mengambil tanpa izin itu salah.
Tak lama kemudian, datanglah Tikus Curiga, tikus yang sering menguping dan suka melaporkan hal-hal buruk. Tikus Curiga sudah melihat Moli masuk ke kebun Pak Tani. Dengan licik, ia berlari menghampiri Pak Tani.
"Pak Tani, Pak Tani! Lihatlah! Ada pisang Bapak yang hilang! Aku yakin itu Moli si monyet yang mengambilnya!" lapor Tikus Curiga dengan suara cempreng, sambil menunjuk ke arah pohon tempat Moli bersembunyi.
Pak Tani pun menghampiri pohon itu. Moli yang mendengar suara Pak Tani dan Tikus Curiga, semakin gugup. Ia tahu ia ketahuan. Jantungnya berdebar kencang. Haruskah ia bersembunyi lebih dalam? Tapi ia teringat pesan Ibunya, "Moli, kalau berbuat salah, jangan takut untuk mengakui dan meminta maaf. Itu tanda berani."
Dengan gemetar, Moli turun dari pohon. Ia menatap Pak Tani dengan mata memelas. "Maafkan aku, Pak Tani," kata Moli dengan suara pelan. "Aku... aku yang mengambil pisang Bapak tanpa izin. Aku sangat lapar."
Pak Tani yang awalnya terlihat marah, kini terkejut melihat kejujuran Moli. Tikus Curiga pun terdiam.
"Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," lanjut Moli. "Aku akan membantu Bapak membersihkan kebun sebagai permintaan maafku."
Pak Tani tersenyum. "Baiklah, Moli. Bapak hargai kejujuranmu." Sejak hari itu, Moli benar-benar membantu Pak Tani di kebun, dan Pak Tani sering memberinya pisang sebagai hadiah karena kejujurannya. Tikus Curiga tidak bisa lagi memfitnah Moli, karena Moli sudah membuktikan bahwa ia adalah monyet yang jujur dan berani meminta maaf atas kesalahannya.
Pesan dari cerita ini adalah bahwa jujur mengakui kesalahan dan berani meminta maaf adalah hal yang sangat penting. Meskipun sulit, tindakan ini menunjukkan keberanian dan akan membuat orang lain lebih menghargai kita.
Posting Komentar