Di sebuah dahan pohon mangga, hiduplah seekor burung kenari kecil bernama Pipit. Pipit punya sarang yang cantik dan nyaman. Setiap pagi, setelah berkicau riang, Pipit selalu menyempatkan diri untuk merapikan sarangnya. Daun-daun kering yang jatuh dibuangnya, ranting-ranting kecil yang bergeser dirapikannya kembali. Pipit tahu, sarangnya adalah rumahnya, tempat ia istirahat dan merasa aman.
Suatu hari, saat Pipit sedang sibuk merapikan sarangnya, muncullah Gagak Hitam, burung yang malas dan suka sekali mengotori sarang burung lain. Gagak Hitam tertawa melengking melihat Pipit yang tak henti-hentinya merawat sarangnya.
"Hahaha, Pipit! Untuk apa kau repot-repot begitu? Biarkan saja sarangmu kotor! Nanti juga bersih sendiri terkena hujan," ejek Gagak Hitam sambil menjatuhkan sehelai bulu kotor di dekat sarang Pipit.
Pipit hanya tersenyum tipis. Ia teringat kata-kata ibunya, "Pipit, barang milik kita harus dirawat. Kalau bukan kita yang bertanggung jawab, siapa lagi?" Pipit memang tak menggubris omongan Gagak Hitam. Ia percaya, menjaga barang miliknya itu penting.
Pipit terus rajin merawat sarangnya. Ia memastikan setiap helai rumput di sarangnya tertata rapi, dan setiap kotoran dibuang jauh-jauh. Musim hujan tiba, banyak sarang burung lain yang basah dan rusak karena tidak terawat. Tapi tidak dengan sarang Pipit. Sarangnya tetap kering, bersih, dan nyaman.
Gagak Hitam yang sarangnya sering basah dan berantakan, akhirnya melihat perbedaan itu. Ia jadi iri pada Pipit. Teman-teman Pipit pun sering memuji kebersihan sarangnya. Pipit senang, karena ia tahu, semua itu berkat tanggung jawab dan kerajinannya sendiri dalam merawat apa yang ia miliki.
Pesan dari cerita ini adalah bahwa kita harus bertanggung jawab terhadap barang milik kita. Dengan merawatnya dengan baik, barang-barang kita akan tetap terawat, nyaman digunakan, dan tahan lama. Ini menunjukkan kemandirian dan kepedulian kita.
Posting Komentar