Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Fatimah Az Zahra My Motivator

Jumat, 02 September 20160 komentar

The True Story of Muhammad and Khadijah’s Beloved Daughter Fathimah 
By: Muhammad Amin 


1. Fathimah sebagai Ummu abiha (Ibu dari ayahnya) 

Jazirah Arab adalah wilayah tandus. Kebiadaban dan hunusan pedang lebih diutamakan daripada menjalani hidup damai dengan suku lain. Debu-debu pasir panas senantiasa menampar nampar mengeringkan wajah, udara panas mendidihkan kepala, kadang kemarahan tak terbendung lagi.Itulah gambaran peradaban Arab jauh hari sebelum Nabi diutus ke tengah-tengah umat. 

Allah mengutus Muhammad saw sebagai pemberi peringatan bagi seisi dunia dan sebagai pengemban amanah wahyu-Nya. Sedang penduduk Arab mengikuti agama yang paling buruk dan bertimbun diantara batu-batu kasar dan ular-ular berbisa. Meminum air kotor dan makan makanan najis. Saling menumpahkan darah dan tidak mempedulikan kekerabatan. Berhala-berhala terpajang di antara kalian dan dosa melekat dalam diri mereka. 

 Fathimah mendukung ayahnya melawan penindasan dan penderitaan demi perjuangan menumbuh suburkan Islam di muka bumi. Dengan sikapnya yang bersahaja, Fathimah berusaha menerjemahkan simpatinya kepada Rasulullah dengan memperlakukan beliau sebagai majikan dan sebagai seorang ibu. Nabi sering menyebut Fathimah sebagai Ummu-abiha (ibu dari ayahnya) 

Fathimah selalu berdiri di samping ayahnya setegar batu karang ketika penguasa jahiliyah melakukan kekerasan fisik, tindakan intimidasi, pelecehan dan penghinaan terhadap Nabi dan pengikutnya. 

 Fathimah adalah sosok perempuan tegar. Dia berjuang bersama ayahnya untuk menanamkan bibit Islam di muka bumi. Dia berjuang bersama suaminya untuk menyuburkan pohon Islam yang baru tumbuh dengan air mata dan darah suci mereka. Bagai seorang ibu yang hendak melepas anaknya untuk sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan bahaya, atau ibarat induk merpati yang gelisah akan keselamatan anak-anaknya dari incaran elang yang setiap saat mengintainya. 

Pernah ketika ayahnya sedang bersujud sendirian di masjid, tiba-tiba beliau dilempari usus kambing oleh musuh-musuhnya. Fathimah yang saat itu masih kecil, menangis melihat hal itu, dan segera berlari menghampiri ayahnya, lalu membuang usus itu jauh-jauh, membersihkan kepala dan wajah ayahnya, kemudian menggandeng ayahnya pulang . 

Fathimah, putri yang berbakti ini menyerahkan seluruh aktifitasnya untuk membantu perjuangan Sang ayah. Tak ada keluhan yang terucap, tak ada ketakutan yang terbayang dari parasnya. Tak ada rasa lelah ketika melewati hari-hari panjang untuk menyempurnakan perjuangan mencerahkan masyarakat yang tidak tahu diri itu. Semua momentum itu ditatapnya dengan ikhlas. Sepanjang sejarah para Nabi, hanya Nabi Muhammad saw yang di dampingi seorang anak perempuannya. 

Fathimah mampu memaknai hidup dengan sempurna. Beliau tak pernah meragukan kabar gembira yang dijanjikan ayahnya. Jika derita hatinya bertambah berat dan nafasnya sesak karena terlalu banyak menangis, batin Fathimah nelangsa menanggung derita. Sehingga dia tak sabar lagi menunggu saat yang dijanjikan ayahnya.” Bergembiralah putriku, engkaulah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku.” 

Fathimah satu aura dengan perempuan-perempuan yang namanya tercatat dengan tinta emas dalam teks suci agama; Khadijah ibunya, Maryam ibu Nabi Isa, dan Asiah istri Firaun yang menyelamatkan Nabi Musa dari kekejaman suaminya.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger