Selamat datang di cahayabundaastuti.com

Banyu Biru& Lawang Sewu ala Lansia

Sabtu, 02 September 20232komentar


Banyu Biru & Lawang Sewu ala Lansia

Oleh: Sri Sugiastuti

Acin...yang selalu ibu peluk dalam doa.
Pastinya kemaren sudah membaca tulisan ibu saat wisata ke klenteng Sam Poo Kong ya. Perjalanan city tour Semarang dilanjutkan ke Lawang Sewu. Dalam perjalanan yang singkat itu, energi lansia teman itu masih luar biasa. Mereka tidak ada capeknya sama sekali.


Mengapa ibu katakan demikian? Mereka di dalam bus justru mengorek masalah lalu mereka yang sangat indah dan pasti tak mungkin dilupakan. Karena Bunda Zaza minta beberapa peserta mengingat kapan pertama kali ketemu pasangan hidup, prosesnya bagaimana danlagu kenangannya apa. Padahal sebagian dari mereka pasangannya sudah meninggal dunia. Ya,  setidaknya saat healing hari ini kenangan kebersamaan dengan suami masing-masing bisa diingat dan ini bisa menjaga daya tahan tubuh lansia, mereka mandiri dan ceri



Tak terasa bus sudah berhenti di pintu masuk Lawang Sewu tempat wisata ke dua yang kami kunjungi. Kami tiba di sana saat senja indah. Persiapan mentari akan istirahat.  Ibu terpana memandang bangunan megah peninggalan Belanda ini. Memang ini bukan yang pertama ibu mengunjungi komplek Lawang Sewu. Tetapi suasana sore ini, ibu tidak mengulik bagian dalam.  Apalagi untuk membuat story di dalam bangunan. Ibu lebih suka berada di sekitar halaman menikmati bangunan- bangunan yang ada sambil memandang indahnya suasana saat jelang magrib.



Oya di sudut salah satu halaman di depan
bangunan tua itu ada  2 tenda. Yang satu  ditempati pemain Solo orgen, dan yang tenda 1 lagi tempat duduk para penikmat lagu. Entah bagaimana awalnya, tiba- tiba Bunda Zaza sudah bergabung dengan pemain orgen itu. Wah tentu saja suasana jadi heboh saat lagu "Rungkat" dinyanyikan dan hampir semua teman Ibu langsung joget ala poco-poco.

Setelah itu masih tambah satu lagi. Tak terasa magrib hampir menjelang,  ibu menuju pintu keluar. Sambil berjalan pandangan ibu tertuju pada langit warna ji gga yang memesona. Ibu sempat menggabadikannya. Bersyukur kepada Allah yang sudah mengizinkan ibu bisa menikmati keindahan pergantian petang menuju malam.


Oya ibu hampir lupa mau sedikit berbagi tentang keberadaan Lawang Sewu di Semarang. Sebenarnya  bangunan seluas1,8 hektare, dibangun pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907 di zaman kolonial Belanda. Bangunan ini digunakan sebagai kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, sebuah perusahaan swasta yang bergerak di ranah perkeretaapian.

Saat Indonesia jatuh di tangan Jepang, otomatis menjadi kekuasaan Jepang. Di saat ini lah konon banyak ruang bawah tanah yang digunakan untuk memenjarakan orang Indonesia yang berontak melawan Jepang.  Dari sini muncul kisah misteri yang mengerikan.


Sekarang Lawang Sewu bangunan yang berada di Jalan Pemuda, Kota Semarang menjadi museum perkeretaapian, yang dikelola oleh PT KAI (Persero).


Akhirnya ibu penasaran juga dengan apa saja yang ada di Lawang Sewu. Ternyata Koleksi di Lawang Sewu Semarang sangat berkaitan dengan sejarah bangunan seluas 18.232 meter tersebut, yakni barang-barang yang berkaitan dengan perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Ada 6 poin yang bisa jadi pengetahuan saat berkunjung ke Lawang Sewu.

1. Saat berkunjung ke Lawang Sewu, kita bisa menjumpai banyak sekali pintu. Hal ini sesuai dengan namanya, yakni lawang yang berarti pintu dan sewu bermakna seribu, atau seribu pintu. Namun, jumlah pintu di Lawang Sewu sebanyak 928 pintu, seperti dikutip dari laman Kemenparekraf. Jadi, hanya kurang 72 pintu saja untuk mencapai angka seribu. Keberadaan pintu-pintu tersebut berfungsi agar sirkulasi udara di Lawang Sewu bagus. Kini, pintu-pintu tersebut menjadi spot foto favorit wisatawan yang berkunjung ke Lawang Sewu.

2. Koleksi perkeretaapian  terbesar se-Indonesia berbentuk Lokomotif uap DD52 yang ada di Museum Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah.(Dok. PT KAI) Setelah pemugaran dan renovasi, kini Lawang Sewu berfungsi sebagai museum perkeretaapian. Jadi, kita bisa menyaksikan ragam koleksi yang berhubungan dengan kereta api. Mulai dari seragam masinis, alat komunikasi (telepon kayu dan telegraf), alat hitung friden, lemari karcis Edmonson, karcis kereta kuno, mesin cetak tanggal untuk karcis kereta, dan lainnya. Kita juga bisa menemukan replika lokomotif uap di Lawang Sewu.

3. Perpustakaan  Mendekati pintu keluar,  bisa menjumpai ruang perpustakaan Lawang Sewu yang berisi buku-buku tentang kereta api.

4. Museum Lawang Sewu yang menyajikan berbagai macam benda bersejarah.(KAI) Lawang Sewu menyajikan dokumentasi perkembangan perkeretaapian di Indonesia dalam bentuk foto dan video. Selain itu, ada dokumentasi pemugaran gedung Lawang Sewu berupa foto, video, dan material restorasi
5. Taman  yang indah daribangunan arsitektur Eropa, buatan Belanda di Lawang Sewu. Selain bangunan, kita dapat menikmati area taman Lawang Sewu. Kita akan disuguhi pohon-pohon rindang dan taman yang rapi serta terawat.  Dari lokasi taman,  bisa duduk santai sembari menikmati kesibukan kendaraan lalu lalang di Jalan Pemuda, Kota Semarang.

6. Ruang bawah tanah.Pada masa pendudukan Jepang di Lawang Sewu, ruang bawah tanah digunakan sebagai penjara. Ruang bawah tanah itu, disebut sebagai tempat penyiksaan para tahanan, seperti dikutip dari laman Visit Jateng. Saat ini, pengelola memutuskan untuk menutup ruang bawah tanah tersebut demi alasan keamanan dan kenyamanan pengunjung, serta menghindari bias sejarah. Ruang penjara bawah tanah Lawang Sewu tersebut, juga kerap dihubungkan dengan hal-hal mistis di Lawang Sewu.

Lumayan lengkap ya, catatan tentang rumput wisata di Semarang yang ibu kunjungi. Tetapi dari kunjungan yang paling berkesan di Lawang Sewu, ya suasana jelang malam. Saat malam akan segera datang. Apalagi saat berdiri memandang bundaran Simpang Lima, saat senja merona berbaur dengan kerlip lampu taman  juga kerlip lampu kendaraan. Ibu merasa bersyukur diberi kesempatan menikmati semua keindahan itu.


Bundaran Simpang Lima, saat senja merona berbaur dengan kerlip lampu taman  juga kerlip lampu kendaraan. Dokpri.


Bus yang ditunggu datang. Naik bus sebentar pun segera tiba di tempat wisata berikutnya. Kota Lama Semarang. Ibu lanjut di catatan berikutnya ya.

Surakarta Hadiningrat,  3 September 2023.

Share this article :

+ komentar + 2 komentar

3 September 2023 pukul 00.09

Jadi kangen pingin ke Semarang Bun

3 September 2023 pukul 03.58

Assalamu'alaikum, luar biasa Ibuku satu ini. berwisata sambil reportage. Sambil menyelam minum air ya, Bung. Sekali dayung dua, tiga pulau terlampaui. Hanya sedikit koreksi, di seputar Tugu Muda memang ada 5 persimpangan. 1. ke arah Bulu, Karangayu, Mangkang, dan lanjut Jakarta (ha...ha..), 2. ke arah jaln pemuda, di mana Lawang Sewu berada. Di sepanjang jalan itu pula ada SMA 3, sekolah favourit tempat saya belajar di Th. 78; ada juga Balai Kota, dan Gedung DPRD Kota Semarang, yang juga beraksen Eropa, makin ke Timur banyak keindahan prototip Eropa: bekas Hotel Dibya Puri, Kantor Papak (sekarang Instansi Pajak) bersebelahan dengan Kantor Pos yang juga melegenda bangunannya, nah kemudian kompleks Kota Lama, yang hampir 100 % bangunannya kuno, mulai dari Gedung Bank mandiri, Stasiun Tawang, dll. 4. persimpangan menuju Stasiun Poncol, sepanjang jalan Imam Bonjol ini hanya beberapa bangunan saja yang bertipe Kolonial. Di ujung jalan Imam Bonjo, berhadapan dengan Lawang Sewu, adalah Wisma Perdamaian yang ancient stylenya masih dipertahankan. Bekas Gedung APDN ini, sempat menghebohkan masyarakat, karena dipermak menghabiskan konon 7 M rupiah. Wuiiii..., membuat Gubernur Suwardi saat itu menjadi bulan-bulanan media, karena dituduh pemborosan. Dan terakhir persimpangan ke- 5 adalah persimpangan menuju Simpang Lima (ini yang disebut Simpang Lima yang terrkenal itu). Sepanjang jalan Pandanaran sampai perempatan Bergota, berjajar Toko2 Pusat Oleh2 Khas Semarang; Masjid Baiturahman, Mall dan Hotel Citra di kompleks Citra Land, Bekas Gedung Matahari, Ramayana Department Store, dan satu-satunya bangunan yang tetap bertahan adalah SMK 7 atau yang terkenal dengan sebutan STM Pembangunan. Inilah Simpang Lima Ibu, yang Rimbang Senja hingga tengah malam tidak pernah tidur. Mulai dari anak-anak hingga lansia bebas bahagia mengekspresikan kegembiraannya di sini. Ada Becak Hias yang bisa kita kayuh sendiri (tentu saja jika menaikinya bersama keluarga), cukup dengan mulai dari Rp. 15.000- Rp 50.000 bergantung besar kecilnya Becak. Sementara yang tadi disebut Simpang Lima, kami biasa menyebutnya ya, Tugu Muda begitu saja. Oh..ya, Ibu, ada yang tertinggal, jika tadi Wisma Perdamaian di depan Lawang Sewu sisi kanan, ini bisa disebut depan dari sisi kiri, yaitu Museum Mandala. Wah...jika malam hari kita bisa kuliner di sini, dari Wedang Ronde, dan Rempah, hingga minuman modern, dari Pecel, Lonthong Opor, sampai Sapo Tahudan Spageti, ada semua. Kuliner sambil menikmati Music Life yang bisa dipesan mulai dari Gundul2 Pacul, Keroncong sampai Rungkat. Dan terakhir persimpangan ke- 5 adalah Jl. dr. Sutomo, Bangunan kuno pertama berseberangan dengan Lawang Sewu adalah Katedral, Sekolah Dominico Savio, berhadapan dengan masih tersisa kunonya, RST, kalau tidak salah sekarang namanya RS Wiratama, nah...terus ke Selatan, adalah CBZ, atau RSUP dr. Kariadi. Mangga Ibu...

Posting Komentar

 
Support : Cahaya Bunda Astuti | Creating Website | Ali Hasyim | Mas Alizacky | Pusat Promosi
Copyright © 2016. Cahaya Bunda Astuti - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Cahayabundaastuti.com
Proudly powered by Blogger